Introduksi: Latar Belakang Sejarah Periodontologi

Alih Bahasa: drg. Kevin Marsel

 

 

Penyakit periodontal dan gingival sudah ada sejak zaman dahulu, dibuktikan dengan studi paleopatologi yang memperlihatkan adanya penyakit periodontal destruktif, seperti kehilangan tulang pada manusia purba berbagai suku (misalnya orang Mesir dan Columbian Amerika).

Pengobatan dan diskusi terapeutik yang logis belum berkembang sampai ditemukan perawatan bedah oleh Arab pada abad pertengahan. Pengobatan modern dengan teks ilustrasi dan instrumentasi yang baik baru berkembang pada masa Pierre Fauchard abad ke-18.

 

Peradaban Awal

Kesehatan gigi sudah mulai dipraktekkan oleh orang Simeria, Babilonia, dan Asiria, meliputi massage gingiva dengan beberapa macam medikasi herbal. Penyakit periodontal adalah penyakit paling sering terjadi pada mumi Mesir. Papirus Eber menulis banyak referensi tentang penyakit gusi dan beberapa resep obat untuk memperkuat gigi dan gusi.

India dan Cina juga banyak menulis tentang penyakit periodontal dan kebersihan rongga mulut, dan mereka mendeskripsikan inflamasi gingival, abses periodontal, dan ulserasi gingival. Bangsa Yahudi awal juga sudah menyadari pentingnya kebersihan mulut. Banyak kondisi patologi gigi dan struktur sekitarnya dideskripsikan dalam tulisan Talmudik.

 

Periode Klasik

Hippocrates (460-377 sebelum Masehi), filsuf Yunani yang juga disebut bapak kedokteran modern, mendiskusikan fungsi dan erupsi gigi geligi, serta etiologi penyakit periodontal. Dia menyebutkan inflamasi gusi dapat disebabkan akumulasi “pituita” atau kalkulus, dengan perdarahan gingiva yang terjadi dalam kasus penyakit limfa yang persisten.

Aulus Cornelius Celsus (25 SM-50 Masehi) menulis penyakit yang mempengaruhi bagian lunak mulut dan perawatannya, termasuk kebersihan mulut. Paul Aegina (625-690 M) menulis deposit tartar harus dihilangkan dengan skraper atau ile kecil dan gigi harus dibersihkan setelah makan terakhir.

 

Abad Pertengahan

Kejatuhan Kekaisaran Romawi sehingga Eropa masuk zaman kegelapan diiringi oleh kebangkitan Islam dan masa keemasan ilmu sains dan kedokteran Arab. Pengobatan Arab berasal dari informasi pengobatan Yunani, tapi banyak terjadi perbaikan dan pendekatan, terlebih pada bidang bedah.

Albucasis (936-1013) menulis 30 volume ensiklopedia kedokteran, yang disebut al-Tasrif, diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad 12 dan digunakan sebagai teks kedokteran di seluruh universitas Eropa hingga abad-17. Kontribusinya pada bidang kedokteran gigi dan periodontologi sangat luar biasa. Tulisan Albucasis menjabarkan peranan mayor dari deposit kalkulus dan teknik skaling gigi dengan set instrumen yang ia kembangkan, splinting gigi tanggal dengan kawat emas, dan penambalan oklusal gigi yang rusak.

Avicenna (980-1037) mungkin salah satu dokter terbaik bangsa Persia. Tulisannya, Canon, menjabarkan pengobatan yang dipakai selama 600 tahun. Ia memakai “materia medica” yang luas untuk penyakit oral dan periodontal, serta jarang memakai bedah.

 

 

Gambar 1. Ilustrasi set instrumen periodontal Albucasis, menunjukkan skaler, files, dan kawat untuk gigi tanggal

 

Abad Renaisans

Kontribusi signifikan terlihat pada bidang anatomi dan bedah. Temuan Albucasis dikembangkan pada abad-15 oleh orang Turki Serefeddin Sabuncuoglu (1385-1468), yang menyertakan ilustrasi penghilangan bedah gingiva hipertrofi dan bengkak, serta frenulum lingual. Medikasi dipakai sebagai inisiasi jika ada gusi bengkak, gigi goyah, dan formasi pus. Jika tidak ada respon, perawatan bedah harus dilakukan. Tube diletakkan pada gusi. Kauter panas diinsersikan ke kanula dan jaringan gingiva dikauterisasi. Jika dilakukan dengan benar, gigi yang berdekatan akan terasa hangat.

Paracelsus (1493-1541) mengembangkan teori penyakit yang menarik: doktrin kalkulus. Ia menyadari formasi tartar yang meluas pada gigi dan mengaitkannya dengan sakit gigi. Dia menyadari perbandingan nyeri gigi dengan nyeri yang dibuat kalkulus di organ lain, seperti ginjal.

Andreas Vesalius (1514-1564) menulis buku yang bagus tentang anatomi dengan ilustrasi yang bagus. Bartholomeus Eustachius (1520-1574) juga menulis buku anatomi kedokteran gigi berjudul Libellus de Dentibus, berisi 30 bab. Buku ini merupakan buku pertama tentang gigi dan meliputi deskripsi jaringan periodontal dengan penyakitnya, perawatannya, dan rasionalitas. Ia merekomendasikan dilakukan skaling kalkulus dan kuretase jaringan granulasi sehingga dapat terjadi perlekatan kembali jaringan gusi dan periodontal.

 

Gambar 2. Ilustrasi Serefeddin Sabuncuoglu menunjukkan kauterisasi gingiva

 

Ambroise Pare (1509-1590), ahli bedah Perancis zaman Renaisans berkontribusi pada bedah dental, meliputi gingivektomi untuk jaringan gingiva hiperplastik. Ia juga memahami etiologi kalkulus dan penggunaan skaler untuk menghilangkannya pada gigi.

Buku berisi praktek kedokteran gigi, yang berjudul Artzney Buchlein atau Zene Artzney (pengobatan gigi) dipublikasikan di Leipzig pada tahun 1530. Buku ini berisi 3 bab masalah periodontal, meliputi konsep faktor sistemik dan lokal sebagai etiologi penyakit periodontal. Adanya agen infektif lokal atau “cacing” juga dibahas disini. Beberapa salep, biasanya astringen alami, dan kauterisasi gingiva dengan besi panas juga dibahas. Mengikat kembali gigi tanggal dengan benang atau benang emas direkomendasikan.

Dokter Italia dan filsuf Girolamo Cardano (1501-1576) adalah orang pertama yang membedakan tipe penyakit periodontal. Pada publikasinya tahun 1562, Ia menyebutkan 1 tipe penyakit yang terjadi di usia lanjut dan menyebabkan hilangnya gigi progresif, sama seperti tipe kedua yang terjadi pada usia muda. Pada abad ke-20, klasifikasi ini diterima secara luas.

Anton van Leeuwenhoek (1632-1723), penemu mikroskop, mengamati mikroorganisme, struktur seluler, sel darah, sperma, dan struktur mikroskopik lainnya, termasuk struktur tubular dentin. Menggunakan material dari mulutnya sendiri, dia yang pertama mendeskribsikan bakteri flora mulut dan gambarnya mempresentasikan dengan baik spiroceta dan bacilli oral. Bahkan dia melakukan eksperimen antiplak menggunakan cuka kuat pada mulutnya dan in vitro bakteri dalam cawan.

 

Gambar 3. Gambar Leeuwenhoek spiroceta, bacilli, dan mikroorganisme oral

 

Abad Ke-18

Kedokteran gigi modern berkembang terutama di Perancis dan Inggris. Pierre Fauchard, yang disebut bapak kedokteran gigi, menulis sebuah buku berjudul The Surgeon Dentist yang dipublikasi tahun 1728, tentang semua aspek praktek kedokteran gigi, meliputi restoratif, prostodontik, bedah mulut, periodontik, dan ortodontik. Ia mendeskripsikan detail instrumen periodontal dan teknik skalingnya.

John Hunter (1728-1793) yang dikenal sebagai anatomis, ahli bedah, dan patologis di Inggris, menulis buku The Natural History of the Human Teeth. Ia menggambarkan ilustrasi yang jelas anatomi gigi dan struktur pendukungnya, serta ciri-ciri penyakit periodontal.

Teman seangkatan Hunter, Thomas Berdmore (1740-1785), mempublikasikan buku yang menjelaskan tentang penyakit periodontal.

 

Gambar 4. Lima tipe instrumen yang digunakan Fauchard untuk menghilangkan tartar dari gigi: 1. chisel; 2. parrot beak; 3. graver; 4. convex blade; dan 5. Z-shaped hook

 

Abad Ke-19

Leonard Koecker (1785-1850) menulis artikel tentang penghilangan tartar dan perlunya kebersihan mulut bagi pasien, merekomendasikan pembersihan setiap pagi dan setelah makan dengan memakai bubuk astringen dan sikat gigi. Ia juga mengemukakan teori fokal odontogenik dan menyarankan pencabutan seluruh gigi yang berlubang parah dan sisa akar untuk mencegah infeksi sistemik.

Levi Spear Parmly (1790-1859) dikenal juga sebagai bapak kebersihan mulut dan penemu dental floss.

Pada abad 19 pertengahan, John W. Riggs (1811-1885) merupakan orang pertama yang berpraktek khusus pada periodontik dan merupakan spesialis pertama di bidang perio. Pada tahun 1876, ia menulis artikel terapi periodontal; ia mengembangkan konsep profilaksis oral dan pencegahan, menekankan pentingnya kebersihan mulut, dan bedah (reseksi gingiva). Ia memiliki pengaruh yang luas pada bidang kedokteran gigi. Murid-muridnya ada L.Taylor, D.D. Smith, R.B. Adair, dan W.J. Younger. Instrumen yang didesain Younger dan kemudian dimodifikasi muridnya, Robert Good, digunakan secara luas hingga abad ke-20.

 

Gambar 5. John W. Riggs (1811-1885)

 

Pertengahan abad-19 juga dimulainya era kedokteran modern, termasuk juga kedokteran gigi. Pertama adalah penemuan anestesi oleh Horace Wells (1813-1848) pada tahun 1845 dan William Morton (1819-1868) pada tahun 1846, menemukan anestesi general nitrous oxide. Anestesi lokal dikembangkan oleh Carl Koller, seorang opthalmologis (1857-1944), yang membuat anestesia berupa eye drop kokain. Prokain (novokain) dikembangkan tahun 1905 oleh Alfred Einhorn dan Richard Willstadter. Kemudian, ditemukan anestesi ditambahkan dengan adrenalin oleh Jokichi Takamine dan Thomas Bell Aldrich, jadilah anestesi lokal.

Terobosan sains berikutnya dibuat Louis Pasteur (1822-1895), yang mengemukakan teori germ of disease. Diikuti dokter Jerman Robert Koch (1843-1910) yang menemukan mikroorganisme penyebab penyakit antraks dan bakteri penyebab tuberculosis dan kolera.

Konsep Pasteur diterapkan pada praktek klinis dan bedah oleh Joseph Lister (1827-1912) menjadi tanda dimulainya era antisepsis, yang kemudian asepsis di dunia bedah lahir.

Pasteur, Koch, dan teman-temannya (Elie Metchnikoff, Emile Roux, Paul Ehrlich, Emil von Behring, Shibasaburo Kitasato, dan lainnya), menemukan bakteri penyebab beberapa penyakit (seperti pneumonia, demam puerperal, difteri, meningitis, plague, disentri, sifilis) dan memunculkan 2 cabang ilmu yang menjadi dasar periodontik: bakteriologi dan imunologi.

Terobosan selanjutnya yang merubah cara praktek kedokteran gigi umumnya dan periodontik khususnya adalah radiograf oleh dokter Jerman Wilhelm Rontgen (1845-1923). penemuan ini menjadi temuan krusial yang sangat bermanfaat dalam kedokteran.

 

Gambar 6. Struktur mikroskopik penyakit periodontal oleh Znamensky

 

Studi yang dilakukan Rudolph Virchow (1821-1902), Julius Cohnhein (1839-1884), Elie Metchnikoff (1845-1916), dan lainnya menemukan perubahan mikroskopik yang terjadi selama proses inflamasi. Penemuan ini membantu memahami patogenesis penyakit periodontal berdasarkan studi histopatologi. N.N. Znamensky mendeskripsikan kompleks interaksi faktor lokal dan sistemik dalam etiologi penyakit periodontal. Observasi dan konsepnya dirangkum tahun 1902 yang menjelaskan gingiva inflamasi dengan infiltrasi selular yang makin masuk ke dalam saat penyakit berlangsung, menyebabkan resorpsi tulang terkait sel multinukleat (osteoklas) dan lakuna Howship.

Orang pertama yang mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit periodontal adalah Adolph Witzel (1847-1906). Mikrobiologis oral pertama adalah Willoughby D. Miller (1853-1907), yang meneliti prinsip bakteriologi modern pada kedokteran gigi. Ia juga meneliti karies gigi dalam bukunya The Microorganism of the Human Mouth, yang dipublikasi tahun 1890, yang juga menjelaskan fitur penyakit periodontal dan menyadari adanya peranan faktor predisposisi, faktor iritasional, dan bakteri sebagai etiologi. Ia meyakini penyakit disebabkan tidak hanya spesifik bakteri, tetapi kompleks sekumpulan bakteri yang normalnya ada di rongga mulut.

Plak bakteri pertama kali dikenalkan oleh J.Leon Williams (1852-1932) dan pada 1897 mengenalkan akumulasi gelatin bakteri yang menempel pada permukaan enamel terkait karies. Pada 1899, G.V. Black (1836-1915) mengenalkan istilah gelatinous microbic plaque.

Salomon Robicsek (1845-1928) mengembangkan teknik bedah berisi scalloped, eksisi gingivektomi continuous yang mengekspos tulang marginal untuk kuretase dan remodeling.

Pada tahun 1901 pertama kalinya dikenalkan oleh Moritz Karolyi (1865-1945) jika trauma dari oklusi dan bruxism pada penyakit periodontal memainkan peran penting, yang juga menyarankan dilakukan koreksi dengan grinding permukaan oklusal dan dicek dengan bite plates.

 

Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)

NUG sudah diketahui pada abad 4 SM oleh Xenophon, yang menyebutkan prajurit Yunani terkena nyeri oral dan bau mulut tidak sedap. Pada tahun 1778, Hunter menjabarkan ciri-ciri klinis NUG dan membedakannya dengan skurvi dan periodontitis kronis.

Hyacinthe Jean Vincent (1862-1950), dokter yang bekerja di Institut Pasteur di Paris dan Hugo Carl Plaut (1858-1928) menjelaskan spirilium dan basil fusiform yang kemudian dikenal sebagai Vincent’s angina. Pada tahun 1904, Vincent menjelaskan adanya organisme ini pada gingivitis necrotic ulcerative.

 

Abad Ke-20

Pada 1/3 awal abad 20, periodontik berkembang di Eropa dengan 2 kota menjadi pusatnya, yaitu Vienna dan Berlin.

 

Vienna

Mereka mengembangkan konsep dasar histopatologi yang mendasari periodontik modern. Tokoh besarnya adalah Bernhard Gottlieb (1885-1950), yang mempublikasikan studi mikroskopik penyakit periodontal pada spesimen autopsi manusia. Kontribusinya dicatat pada literatur Jerman tahun 1920 dan mendeskripsikan perlekatan epithelium gingiva pada gigi, histopatologi inflamatori dan penyakit periodontal degeneratif, biologi sementum, erupsi gigi aktif dan pasif, dan oklusi traumatik.

Adik kelas Gottlieb di Vienna adalah Balint J. Orban (1899-1960), yang mempelajari studi histologi pada jaringan periodontal. Studi ini menjadi dasar dari banyak terapi yang digunakan sekarang. Anggota lainnya dari sekolah Vienna adalah Rudolph Kronfeld (1901-1940), Joseph P. Weinmann (1889-1960), dan Harry Sicher (1889-1974). Semua ilmuwan ini migrasi ke USA pada tahun 1930 dan berkontribusi banyak pada kedokteran gigi Amerika.

 

Berlin

Kebanyakan berisi ilmuwan klinis yang mengembangkan pendekatan bedah pada terapi periodontal. Tokoh-tokohnya antara lain Oskar Weski dan Robert Neumann.

Weski (1879-1952) merupakan pioner yang mempelajari perubahan radiograf dan histopatologi pada pasien dengan penyakit periodontal. Ia juga yang membuat konsep periodontium terbentuk dari sementum, gingiva, ligamen periodontal, dan tulang, yang dia beri nama paradentium, yang kemudian berubah nama karena alasan etimologi menjadi parodontium, di mana istilah ini masih dipakai di Eropa.

Neumann (1882-1958) di bukunya tahun 1912 mendeskripsikan prinsip bedah flap periodontal, termasuk rekontur oseus yang kita ketahui sekarang ini. Klinisi lain yang mengenalkan flap adalah Leonard Widman (1871-1956) dan A. Cieszynski.

 

Amerika Serikat dan Negara Lainnya

Kontribusi penting bedah periodontal diberikan oleh A. Zentler, J. Zemsky, G.V. Black, O. Kirkland, A.W. Ward, A.B. Crane, H. Kaplan, dan lainnya. Pada tahun 1923, Ward memperkenalkan pack bedah dengan nama dagang Wondr-Pak.

Sementara itu, pendekatan non bedah dikembangkan Isadore Hirschfeld (1882-1965), yang menulis artikel tentang kebersihan mulut, faktor lokal, dan topik lainnya. Pada 1913, Alfred Fones (1869-1938) membuka sekolah pertama untuk dental hygienist.

Di negara lain, H.K. Box (Kanada); M. Roy dan R. Vincent (Perancis); R. Jaccard dan A.J. Held (Swiss); F.A. Carranza, Sr, dan R. Erausquin (Argentina); W.W. James, A. Counsell, dan E.W. Fish (Inggris); dan A. Leng (Chili) merupakan tokoh-tokoh penting dengan kontribusi penting

 

Fokal Infeksi

Konsep penyakit sistemik berasal dari infeksi dental dan oral sudah ditemukan sejak prasasti Asiria (abad ke-7 SM), oleh Hippocrates (460-370 SM), di Babilonia Talmud (abad ke-3), oleh Girolamo Cardano dan Walter Hermann Ryff pada abad ke-16. Pada abad ke-19, Benjamin Rush dan Leonard Koecker menyadari mekanisme sepsis oral mempengaruhi rematik dan penyakit kronis lainnya. Selanjutnya pada abad -19, W.D. Miller juga menyebutkan infeksi oral sebagai penyebab banyak penyakit. Muncul juga ide dari Billings, Rosenow, dan banyak lainnya yang menyarankan pencabutan semua gigi dengan infeksi periodontal atau periapikal untuk mencegah penyakit sistemik.

Teori infeksi fokal mulai goyah ketika ditemukan ekstraksi gagal untuk menghilangkan atau mengurangi penyakit sistemik. Walaupun begitu, konsep ini kembali menguat pada tahun 1990 dengan adanya dasar penelitian yang lebih kuat.

 

Dental Implants

Penggantian gigi manusia dengan implan telah ada berabad-abad lalu. Tengkorak dengan implan metal atau batu ditemukan di reruntuhan Gallo-Roman, Perancis; dan juga ditemukan di mandibula suku Maya sekitar 600 M.

Pada tahun 1806, M. Maggiolog menempatkan akar gigi emas dalam tulang rahang manusia. Pada abad 19, ada yang memakai implan porselain dan metal. Setengah awal abad 20, beberapa percobaan dibuat untuk menggabungkan teknik bedah dengan implan emas dan beberapa metal berharga lainnya. Penelitian juga dimulai untuk mengamati respon jaringan terhadap bahan-bahan tersebut.

Pada tahun 1939, Universitas Harvard memulai implan dengan mur cobalt-kromium (Vitallium) ke dalam soket gigi. Setelah perang dunia II, beberapa percobaan dimulai dengan material dan bentuk yang berbeda, meliputi tantalum twisted spiral (Formiggini), vitallium tree shaped (Lee), acrylic tooth root replica (Hodosh), vitallium double helical spiral (Chercheve), tantalum tripodal pins (Scialom), tantalum vent-plant dan titanium blade (Linkow), dan vitreous carbon.

Pada tahun 1950, ahli bedah ortopedik Per-Ingvar Branemark mengembangkan teknik yang menggunakan implan titanium screw-shaped intraosseous. Hal ini berhasil dan mulai dicontoh ke kedokteran gigi setelah konferensi internasional di Toronto (1982). Tolak ukur keberhasilan teknik Branemark dilihat dari kontak langsung antara tulang vital dengan permukaan implan tanpa mengintervensi jaringan lunak; hal ini kemudian disebut osseointegrasi. Variasi teknik lain dilakukan A. Kirsch, G.A. Niznick, A. Schroeder, dan lainnya, dan kebanyakan masih dipakai saat ini.

 

Setelah Perang Dunia II

Amerika dan Skandinavia memimpin penelitian dasar dan klinis periodontal setelah tahun 1950, dengan kemajuan pada bidang percobaan patologi, mikrobiologi, imunologi, dan terapi.

Di Amerika, 5 orang memimpin usaha untuk memahami proses penyakit dan teknik untuk menggunakan implan: Irving Glickman (1914-1972), Henry M. Goldman (1911-1991), Balint J. Orban (1899-1960), Sigurd P. Ramfjord (1911-1997), dan Helmut A. Zander (1912-1991). Di bidang klinis, pengaruh John Prichard (1907-1990) dan Saul Schluger (1908-1990) membawa konsep dan arah baru dalam keberhasilan klinis.

Sosok pemimpin dari Skandinavia yaitu Jens Waerhaug (1907-1980), yang menulis disertasi berjudul The Gingival Pocket (1952) dan penelitiannya membuka era baru dalam memahami biologi periodontium dan manajemen masalah periodontal.

Generasi selanjutnya berfokus pada respon mikroorganisme dan host, meliputi aspek defensif dan destruktif. Kontribusi mereka didokumentasikan pada buku ini. Beberapa workshop dan konferensi internasional merangkum pengetahuan terkait biologi dan aspek klinis dari periodontologi yang disponsori American Academy of Periodontology.

The American Academy of Periodontology didirikan pada tahun 1914 oleh Grace Rogers Spalding (1881-1953) dan Gillette Hayden (1880-1929), yang juga memimpin organisasi periodontik. Organisasi ini menerbitkan publikasi sains tiap bulan, jurnal periodontologi, dan kemajuan-kemajuan dalam bidang disiplin perio.

Di Eropa, perkumpulan periodontis membentuk European Federation of Periodontology, yang secara reguler mengadakan rapat Europerio. Mereka mempublikasikan Journal of Clinical Periodontology.

Periodontik menjadi spesialisasi dokter gigi oleh American Dental Association pada tahun 1947. Universitas pertama dengan spesialisasi periodontik dimulai di beberapa universitas (ex. Columbia, Michigan, Tufts) tahun 1940 akhir, program pendidikan yang semula 1 tahun diperpanjang menjadi 2 tahun 10 tahun kemudian. Pada tahun 1995, The American Academy of Periodontology mengubah lama studi menjadi 3 tahun karena adanya perkembangan pengetahuan periodontik dan perluasan ranah periodontik meliputi pemasangan dental implant serta pemberian sedasi.

 

Sumber Pustaka:

Newman, M. G., 2018, Newman and Carranza’s: Clinical Periodontology, 13rd Ed., Elsevier, Philadelphia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Gigi : Taurodonsia / Taurodontism

Anomali Gigi : Fusi

Anomali Gigi : Concrescence