Antibiotik yang Menghambat Sintesis Protein : Jenis, Mekanisme, Dosis, dan Efek Samping
Author : Erica Kusuma, Apt.
Golongan antibiotik yang memiliki
mekanisme untuk menghambat sintesis protein diantaranya aminoglikosida, makrolida,
tetrasiklin, dan kloramfenikol.
1.
Aminoglikosida
Mekanisme
aksi :
Aminoglikosida bekerja
dengan cara berikatan dengan protein spesifik pada ribosom sub-unit 30S dan
menghambat sintesis protein dengan 3 cara : (1) mengganggu inisiasi pembentukan
kompleks peptida, (2) menyebabkan misreading
mRNA sehingga menghasilkan protein yang tidak berfungsi maupun toksik, dan
(3) menghancurkan polysome menjadi monosom yang tidak berfungsi.
Mekanisme resistensi
:
Resistensi terhadap
aminoglikosida terjadi karena beberapa hal sebagai berikut :
a. Adanya
produksi enzim transferase atau enzim yang menonaktifkan aminoglikosida dengan
cara adenilasi, asetilasi, atau fosforilasi.
b. Adanya
gangguan pada jalan masuk aminoglikosida ke dalam sel bakteri. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya mutasi atau hilangnya porin protein atau protein
transport.
c. Adanya
perubahan pada reseptor 30S.
MIC (Minimum
inhibitory concentration) dan dosis :
Penyesuaian dosis
pada gangguan renal
Efek samping :
Secara umum penggunaan
aminoglikosida dapat menyebabkan ototoksik dan nefrotoksik.
2.
Makrolida
Mekanisme
aksi :
Makrolida bekerja
dengan berikatan pada ribosom sub-unit 50S dan menyebabkan penghambatan translokasi
aminoacyl dan pembentukan kompleks.
Mekanisme
resistensi :
Resistensi terhadap
makrolida dapat terjadi karena 3 hal, yaitu
a. Berkurangnya
permeabilitas membran sel atau efflux aktif
b. Produksi
esterase yang menghidrolisis makrolida
c. Modifikasi
sisi ikatan ribosom 50S.
Dosis:
Efek samping :
Penggunaan makrolida
dapat menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, anoreksia, hepatitis akut,
ruam kulit.
3.
Tetrasiklin
Mekanisme aksi :
Tetrasiklin bekerja dengan cara berikatan
secara reversibel terhadap ribosom sub-unit 30S, mencegah ikatan antara
aminoacyl-tRNA pada sisi akseptor ribosom mRNA.
Mekanisme resistensi :
Resistensi pada tetrasiklin dapat terjadi
karena 3 hal, yaitu :
a. Terganggunya
influx atau meningkatnya efflux oleh pompa protein
b. Adanya
gangguan pada ikatan tetrasiklin dengan ribosom sub-unit 30S
c. Inaktifasi
tetrasiklin oleh enzim.
Dosis :
Tetrasiklin :
dewasa 4 x 250-500 mg
Anak-anak 20-40 mg/kg/hari
Doxycycline dewasa 1-2
x 100 mg
Efek samping
:
Efek samping
yang dapat terjadi diantaranya hipersensitivitas (demam, ruam kulit), mual,
muntah, discoloration gigi, enamel dysplasia.
4.
Kloramfenikol
Mekanisme
aksi :
Kloramfenikol bekerja
dengan berikatan secara reversibel pada ribosom sub-unit 50S dan menghambat tahap
peptidyl transferase pada protein sintesis.
Mekanisme
resistensi :
Resistensi terhadap
kloramfenikol dapat terjadi karena berkurangnya permeabilitas sel bakteri terhadap
kloramfenikol dan adanya produksi kloramfenikol asetiltransferase, sebuah enzim
yang menginaktivasi kloramfenikol.
Dosis :
Dosis lazim yang
digunakan adalah 50-100 mg/kg/hari
Efek samping
:
Penggunaan kloramfenikol
dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, berkurangnya
produksi sel darah merah setelah penggunaan 1-2 minggu pada dosis 50
mg/kg/hari, dan anemia aplastik.
DAFTAR PUSTAKA :
Brunton,
L.L., 2011, Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics, 12th edition, Mc Graw
Hill, New York, pp. 1505-1520.
Katzung,
B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J., 2009, Basic & Clinical Pharmacology,
11th edition, Mc Graw Hill, New York, pp. 795-814.
Neal,
M.J., 2016, Medical Pharmacology at a Glance, 8th edition,
John Wiley & Sons, Ltd., United Kingdom, pp. 78-79.
Komentar
Posting Komentar