Edema (Sembab)
Author : drg. Kevin Marsel
Jumlah
cairan rongga serosa yang sangat berlebihan pada rongga pleura disebut
hidrotoraks, pada rongga perikard disebut hidroperikardium, dan pada rongga
peritonium disebut hidroperitonium (asites). Istilah anasarca dimaksudkan
sebagai edema umum dengan penimbunan cairan dalam rongga tubuh dan subkutis,
keadaan ini disebut juga dropsy. Penimbunan cairan dalam sel kering disebut
sebagai edema selular. Istilah ini kurang tepat oleh karenanya sebaiknya
digunakan istilah hidrasi selular (hydrophic change).
Etiologi Edema
Edema
disebabkan oleh :
1.
Primer :
a.
Peningkatan permeabilitas
kapiler.
b.
Berkurangnya protein
plasma.
c.
Peningkatan tekanan
darah kapiler (tekanan hidrostatik yang meninggi).
d.
Obstruksi limfatik.
2.
Sekunder :
a.
Peningkatan tekanan
koloid osmotik dalam jaringan.
b.
Retensi natrium
dan air.
Peningkatan
Permeabilitas Kapiler
Endotel kapiler merupakan
suatu membran semi-permeabel yang dapat dilalui air dan elektrolit secara
bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat lewat sedikit atau terbatas sekali.
Tekanan osmotik darah lebih besar daripada tekanan osmotik limfe. Daya atau
kesanggupan permeabilitas ini tergantung pada substansi semen yang mengikat
sel-sel endotel tersebut. Pada beberapa keadaan misalnya pengaruh toksin yang
bekerja pada endotel, permeabilitasnya akan bertambah. Akibatnya protein plasma
akan keluar dari kapiler sehingga tekanan koloid osmotik darah menurun dan
sebaliknya, tekanan osmotik cairan intersitium bertambah. Hal ini mengakibatkan
makin bertambahnya cairan yang meninggalkan kapiler sehingga menimbulkan edema.
Bertambahnya permeabilitas
kapiler dapat terjadi pada infeksi keras, reaksi anafilaktik, keracunan obat
atau zat kimia, anoksia yang terjadi akibat berbagai keracunan, tekanan vena
yang meningkat akibat payah jantung, kekurangan protein dalam plasma akibat
albuminuria, dan retensi natrium dan air pada penyakit ginjal tertentu.
Edema setempat yang terjadi
akibat bertambahnya permeabilitas kapiler setempat yang disebabkan radang
disebut edema inflamatoris.
Pembengkakan kulit setempat
sering terjadi akibat reaksi alergi, serangan atau gigitan serangga, luka
bakar, infeksi, dan terkena zat kimia yang keras seperti soda api, dan asam
keras.
Edema angioneurotik adalah
edema setempat yang sering timbul dalam waktu singkat, tanpa sebab yang jelas. Sering
terjadi pada anggota tubuh akibat alergi atau neurogen.
Berkurangnya Protein Plasma (Hipoproteinemia)
Protein plasma yang
berkurang mengakibatkan tekanan osmotik koloid menurun. Sebagian besar tekanan
osmotik plasma ini diselenggarakan oleh albumin. Biasanya edema akan timbul
bila kadar albumin dalam darah lebih rendah dari 2,5 g/100 mL. Edema kekurangan
albumin dibagi menjadi :
1.
Edema nefrotik.
Edema ini merupakan salah satu tipe edema
ginjal. Akibat kelainan pada glomerulus ginjal, albumin seolah-olah bocor
keluar melalui ginjal dalam jumlah yang besar (albuminuria) sehingga darah
kekurangan albumin (hupoalbuminemia) dan terjadi pembalikan perbandingan
albumin-globulin. Kejadian ini sering ditemukan pada sindrom nefrotik, yaitu
penyakit ginjal dengan tanda-tanda edema, proteinuria terutama albuminuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia terutama hiperkolesterolemia dan lipiduria.
2.
Kekurangan makan
atau kelaparan dan gizi buruk (famine oedem).
3.
Pada penderita
penyakit hati karena sintesa protein terganggu. Oleh karena itu, oedem sering
sangat nyata pada penderita sirosis hepatis.
Peningkatan
Tekanan Darah Kapiler (Tekanan Hidrostatik yang Meningkat)
Tekanan darah dalam kapiler
tergantung pada tonus arteriol, kebebasan aliran darah dalam vena, sikap tubuh,
dan temperatur. Tekanan darah kapiler (tekanan hidrostatik) merupakan daya
untuk menginfiltrasi cairan melalui dinding kapiler. Tekanan dalam kapiler
biasanya meningkat jika tekanan dalam vena meningkat. Jika peningkatan tekanan
hidrostatik lebih besar daripada tekanan osmotik yang menarik air dari
jaringan, akan mengakibatkan edema. Edema dengan tekanan hidrostatik yang
meningkat dapat ditemukan pada :
1.
Kongesti pasif. Akibat
obstruksi mekanis pada vena yang menyebabkan tekanan darah vena meningkat. Contoh
bila terjadi penekanan pada vena iliaka oleh rahim yang membesar waktu
kehamilan, akan terjadi edema pada tungkai bawah.
2.
Edema kardial. Terjadi
karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah terganggu pada penderita
payah jantung. Pada payah jantung kanan, edema ini dapat bersifat sistemik,
tapi yang paling nyata terkena adalah bagian tubuh yang paling bawah yaitu kaki
pada penderita yang masih dapat berjalan dan rongga-rongga visera serta serosa
pada penderita yang berbaring terus.
3.
Obstruksi portal.
Pada penyakit sirosis hepatis, tekanan di dalam vena porta meningkat,
menyebabkan keluarnya cairan ke dalam rongga peritonium (asites).
4.
Edema postural. Pada
orang yang terus menerus berdiri untuk waktu yang cukup lama, terjadi edema
pada kaki dan pergelangan kaki. Edema ini tidak terjadi jika orang bergerak
aktif, misalnya berjalan-jalan, karena aktivitas otot ikut memperlancar aliran
dalam pembuluh.
Obstruksi Saluran Limfe
Cairan
tubuh sebenarnya berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme sel. Sebagian cairan
intersitium dengan zat-zat yang larut akan diserap lagi melalui dinding kapiler
darah dan masuk ke dalam saluran darah. Sebagian lain, yang mengandung sejumlah
protein akan masuk ke dalam saluran limfe.
Jumlah
cairan limfe yang mengalir akan bertambah banyak jika tekanan vena meningkat,
dipijat, pergerakan pasif bertambah banyak, dan permeabilitas endotel kapiler
meningkat. Selama aliran keluar limfe dari suatu daerah terjamin baik, tidak
akan terjadi penimbunan cairan dan edema. Jika terjadi gangguan aliran limfe
pada suatu daerah, akan terjadi penimbunan cairan jaringan yang disebut
limfoedema. Limfoedema sering terjadi akibat dari :
1.
Mastektomi radikal
untuk mengeluarkan tumor ganas payudara.
2.
Tumor ganas yang
menyebuk atau menginfiltrasi ke kelenjar dan saluran limfe.
3.
Saluran dan
kelenjar limfe inguinal yang tersumbat akibat infeksi parasit filaria, dapat
menyebabkan edema pada skrotum atau vulva dan tungkai bawah. Skrotum dan
tungkai bawah dapat sangat membesar dan disebut elephantiasis.
4.
Obstruksi saluran
limfe dalam toraks oleh tumor yang menyebabkan gangguan pengaliran (drainage)
limfe daerah toraks dan menimbulkan penimbunan cairan dalam rongga pleura dan
rongga peritonium sehingga terjadi hidrotoraks dan asites. Jika akibat
obstruksi, tekanan menjadi sedemikian tinggi sehingga menyebabkan duktus
torasikus robek dan cairan limfe yang banyak mengandung lemak masuk ke dalam
rongga toraks maka dinamakan chylothorax atau dapat pula masuk ke dalam rongga
peritonium dan dinamakan chyloperitoneum/chyloascites.
5.
Suatu penyakit
dimana terdapat limfoedema sejak lahir akibat kelainan kongenital dari pembuluh
limfe, yaitu pada penyakit Milroy/heredofamilial congenital lymphoedema. Kelainan
ini bersifat turunan. Tempat yang sering menunjukkan limfoedema adalah tungkai
bawah (uni/bilateral) dan kadang-kadang tempat lain.
Peningkatan Tekanan Koloid Osmotik dalam
Jaringan
Tekanan
koloid osmotik dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali sehingga tidak dapat
melawan tekanan koloid osmotik yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan
tertentu, jumlah protein dalam jaringan dapat meningkat, misalnya bila
permeabilitas kapiler bertambah, tekanan osmotik koloid dalam jaringan akan
meningkat sehingga menimbulkan edema.
Tegangan
jaringan juga memegang peranan. Filtrasi cairan plasma mendapat perlawanan dari
tegangan jaringan. Tegangan jaringan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada
jaringan subkutis yang renggang seperti kelopak mata dan alat kelamin luar,
tegangan jaringan sangat rendah, karena itu pada tempat tersebut mudah timbul
edema.
Retensi Natrium dan Air
Retensi
natrium terjadi jika ekskresi natrium dalam urin lebih kecil daripada yang
masuk. Karena konsentrasi natrium tinggi, akan terjadi hipertoni. Hipertoni akan
menyebabkan air ditahan sehingga jumlah air ekstraselular (intravaskular dan
intersitium) bertambah dan akibatnya terjadi edema.
Retensi
natrium dipengaruhi oleh :
1.
Ginjal (renal).
2.
Di luar pengaruh
ginjal (ekstra-renal) :
a.
Hormonal.
b.
Neurogen :
1)
Retensi natrium
oleh ginjal dapat terjadi akibat berkurangnya jumlah filtrasi oleh glomerulus,
sedangkan reabsorbsi natrium oleh tubulus ginjal tetap normal.
2)
Pada penderita
payah jantung, sirosis hepatis, dan sindrom nefrotik.
3)
Jumlah hormon aldosteron
(dari korteks anak ginjal) meningkat sehingga menyebabkan retensi natrium dan
ekskresi kalium bertambah. Edema (sedikit atau banyak) akibat retensi natrium
yang bersifat ekstrarenal dapat juga disebabkan oleh hormon lain, misalnya
penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, progesteron, testosteron, dan
estrogen.
Perubahan Morfologi pada Edema
Edema
biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat renggang misalnya
jaringan subkutis dan jaringan paru :
1.
Edema pada
jaringan subkutis.
Edema pada jaringan subkutis akan
menimbulkan pembengkakan dan nampak paling nyata pada jaringan lunak yang
tegangan jaringannya rendah seperti sekitar mata dan alat kelamin luar. Kulit di
atasnya biasanya menjadi tegang. Jika daerah ini ditekan dengan jari, cairan
akan terdorong pindah dari tempat tersebut dan meninggalkan cekungan pada
tempat tekanan. Keadaan ini disebut pitting oedema dan lebih jelas terlihat
pada tempat yang dasarnya berupa tulang seperti edema pada tungkai bawah dengan
menekan di bagian anteromedial tibia. Gambaran mikroskopis dari edema ini
berupa serabut jaringan ikat yang terpisah jauh-jauh oleh cairan dan warna
cairan merah muda atau homogen sedikit lebih merah, tergantung pada banyaknya protein.
2.
Edema pada
paru-paru.
Alat tubuh yang sembab biasanya lebih
berat dan lebih besar daripada normal. Simpainya tampak lebih tegang dan
mengkilat. Jika diiris akan keluar cairan dari penampang yang berbusa, karena
cairan bercampur dengan udara. Gambaran mikroskopiknya berupa alveolus-alveolus
yang nampak berisi cairan kemerahan atau bergranular, tergantung pada banyaknya
protein. Cairan ini tentunya mengganggu fungsi pertukaran gas.
Cairan
Edema
Dapat dibedakan menjadi transudat dan
eksudat.
Transudat
|
Eksudat
|
|
Berat Jenis
|
<1,015
|
>1,018
|
Kandungan Protein
|
<3%
|
>4%
|
Pembekuan
|
Tidak membeku jika
dibiarkan
|
Membeku jika dibiarkan
|
Pada edema karena turunnya tekanan koloid
osmotik plasma, cairan edema akan terisi sedikit protein sehingga cairannya
termasuk transudat. Pada edema karena permeabilitas kapiler bertambah, misalnya
karena radang, cairan edema termasuk eksudat karena banyak mengandung protein.
Gangguan Fungsi yang Disebabkan Edema
Penimbunan cairan dapat mengganggu fungsi,
misalnya pada :
1.
Rongga pleura,
menyebabkan gangguan pernapasan.
2.
Rongga perikardium,
menyebabkan gangguan pengisian jantung.
3.
Otak, menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat sehingga terjadi gangguan fungsi.
4.
Faring dan
glotis, menyebabkan tersumbatnya pernapasan.
5.
Paru-paru dan
rongga alveolus, mengganggu fungsi pertukaran gas.
Cairan edema dalam rongga alveolus juga merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan kuman. Oleh karena itu, pada payah jantung
disertai edema paru sering terjadi infeksi sekunder sehingga terjadi pneumonia.
Sumber : Sudiono, J., dkk., 2003, Ilmu Patologi, Jakarta : EGC
Sumber : Sudiono, J., dkk., 2003, Ilmu Patologi, Jakarta : EGC
Komentar
Posting Komentar