Perawatan Gigi untuk Pasien Medically Compromised

Author : Kevin Marsel, S.KG. Coass FKG UGM

Manajemen terbaik untuk mengatasi kegawatdaruratan medis di klinik gigi adalah dengan pencegahan. Dokter harus memahami cara merawat pasien yang kelihatannya baik-baik saja, namun mengidap penyakit kronis disertai konsumsi obat-obatan. Pengetahuan akan tipe kondisi, keparahannya, dan tingkat terkontrol  menjadi resiko pasien saat dilakukan perawatan. Anamnesis yang cukup tentang riwayat kesehatan, evaluasi fisik, dan konsultasi medis memberikan kesempatan klinisi untuk mencegah terjadinya kegawatdaruratan. Dokter gigi juga harus tahu patofisiologi penyakit dan farmakodinamik obat dan interaksinya.
Manajemen kegawatdaruratan medis meliputi :
1.          Persiapan yang matang.
2.          Percaya diri dengan intervensi yang dipilih.
3.          Tetap tenang dalam situasi tersebut.

Dokter gigi harus terlatih untuk melakukan basic cardiac life support (BCLS) dan mengatasi kegawatdaruratan di klinik. Advanced cardiac life support (ACLS), meliputi administrasi intravena (IV) dapat berguna dalam praktek untuk mengatasi kasus medis yang lebih kompleks. Dokter gigi juga harus mengetahui cara basic cardiopulmonary resuscitation (CPR). Klinik juga harus memiliki obat-obatan darurat, oksigen, pulse oksimeter, dan automated external defibrillator (AED).

Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengatasi kegawatdaruratan medis :
1.          Cepat menyadari tanda dan gejala, dan diagnosis awal tentang masalah yang ada.
2.          Waktu respon yang cepat (4-6 menit tanpa oksigen menyebabkan kerusakan otak ireversibel).
3.          Monitor sistemik pasien menggunakan algoritma P-A-B-C-D-E-F atau untuk gagal jantung P-C-A-B-D-E-F.

Tipe Kegawatdaruratan dan Perawatannya

Unconsciousness
1.             Sinkop dan Syok Psikogenik.
·         Tanda dan Gejala : muka pucat, berkeringat, mual, cemas, pelebaran pupil, menguap, penurunan tekanan darah, bradikardi (nadi lambat), gerakan kejang, tidak sadar.
·         Penyebab : hipoksia cerebral (penurunan aliran darah ke otak), kecemasan.
·         Perawatan :
a.          P : positioning : posisikan pasien pada supin, rendahkan kepala sedikit dan elevasikan kaki (untuk wanita hamil, ditekuk ke sisi kiri)-periksa tingkat kesadaran.
b.          A : airway : pastikan jalan napas tidak terganggu.
c.          B : breathing. Cek pernapasan.
d.          C : circulation. Cek nadi karotis.
e.          D : dispense/administer : oksigen dengan laju aliran 5-6 L/menit. Amonia aromatik (misalnya Vaporole). Kompres dingin pada dahi.
f.           E : Ensure (pastikan) tanda vital, administrasi obat, dan respon pasien termonitor dan tercatat dengan baik.
g.             F : facilitate tahap medis/dental selanjutnya dan yakinkan pasien.
2.             Tekanan Darah Rendah / Nadi Lambat.
·         Perawatan untuk tekanan darah rendah :
a.             P : positioning : posisikan pasien supin, rendahkan kepala dan naikkan kaki.
b.            A : airway : pastikan jalan napas tidak terganggu.
c.             B : breathing : cek pernapasan.
d.            C : circulation : cek nadi dan pastikan sirkulasi adekuat, di mana bisa terjadi pelemahan.
e.            D : dispense/administer : infus dekstrosa 5% dalam solusi Ringer laktasi. Pada pasien yang tidak ada respon : obat vasopresor seperti penileprin 10mg/mL (1 ampul), atau epineprin 0,3-0,5 mg administrasi subkutan atau intramuskular atau intravena dengan pelatihan ACLS.
f.              E : Ensure tanda vital, administrasi obat, dan respon pasien termonitor dan tercatat dengan baik.
g.             F : facilitate tahap medis/dental selanjutnya dan yakinkan pasien.
·         Perawatan untuk nadi lambat (kurang dari 60 denyut/menit) :
a.             P : positioning : posisikan pasien supin, rendahkan kepala dan naikkan kaki dan lengan.
b.            A : airway : pastikan jalan napas tidak terganggu.
c.             B : breathing : cek pernapasan.
d.            C : circulation : cek-harus adekuat pada situasi ini.
e.            D : dispense/administer : oksigen dengan laju aliran 5-6L/menit (jika pasien hipoksemia). Atropin 0,5 mg IV (untuk menambah denyut nadi), ulangi dosis hingga 3mg; kemudian pertimbangkan pemakaian vasopresor tambahan (dopamin atau epineprin).
f.              E : ensure tanda vital, administrasi obat, dan respon pasien termonitor dan tercatat dengan baik.
g.             F : facilitate tahap medis/dental selanjutnya dan yakinkan pasien.
3.             Gagal Jantung.
·         Tanda dan Gejala : tidak ada nadi atau tekanan darah, respirasi berhenti mendadak (apnea), cyanosis, pupil melebar.
·         Penyebab : gangguan mendadak sirkulasi darah dan oksigen menuju arteri koroner dan otot jantung karena iskemia (sumbatan/clot).
·         Perawatan : untuk korban gagal jantung unresponsive (dewasa) :
a.             P : positioning : posisikan pasien supin dan nilai kesadaran (dengan menepuk dan teriak memanggil). Panggil bantuan (ambulans 118/119), dan ambil defibrilator.
b.            C : circulation and compressions : klinisi harus cek nadi (karotis) tidak lebih dari 10 detik. Jika tidak ada nadi teraba dan korban tidak bernapas dan tidak merespon, lakukan kompresi dada. Satu operator : 30 kompresi setiap 2 ventilasi untuk 100 kompresi/menit (kedalaman 2 inci), hingga alat jalan napas yang lebih baik digunakan.
c.             A : airway : sediakan jalan napas dengan kepala dimiringkan-dagu diangkat atau posisi jaw thrust apabila ada cedera leher. Suksion mulut/faring jika ada muntahan menutupi jalan napas.
d.            B : breathing : ventilasi paru-paru dengan masker ambubag-kirim positif-tekanan oksigen (atau resusitasi mulut dengan masker); napas setiap 6-8 detik (8-10 napas/menit). Apabila penyelamat terlatih ACLS, lakukan intubasi endotrakeal dan sediakan positif-tekanan oksigen.
e.            Apabila ada 2 operator : 15 kompresi setiap 2 ventilasi (tanpa berhenti mengkompresi), hingga 100 kompresi/menit. Lanjutkan resusitasi hingga nadi spontan kembali teraba.
f.              D : defibrilator : gunakan automated external defibrilator (AED) secepatnya (idealnya antara 3-5 menit kolaps). Cek ritme dan syok jika terindikasi (ulangi setiap 2 menit). Ringkasan CPR dimulai dengan kompresi setelah tiap syok.
g.             Obat intravena : mulai dengan cairan salin (dengan tenaga ACLS terlatih). Epineprin 1 mg 1:1000, ulangi setiap 3-5 menit sesuai kebutuhan. Vasopresin 40 unit bisa menggantikan dosis  pertama atau kedua epineprin. Amiodaron dosis awal 300 mg bolus, dosis kedua 150 mg. Lidokain (sebagai agen antiaritmia). Kalsium kloride (menambah kontraktil miokardial). Morfin sulfat (untuk menghilangkan nyeri). Agen trombolitik.
h.            E : ensure tanda vital , administrasi obat, dan respon pasien termonitor dan tercatat dengan baik.
i.               F : facilitate tahap medis/dental selanjutnya dan yakinkan pasien.
4.             Hipoglikemi (syok insulin).
·         Tanda dan gejala : rasa lapar, lemas, tremor, takikardi, muka pucat, berkeringat, parestesi, tidak kooperatif, pusing/sakit kepala, tidak sadarkan diri, hipotensi, hipotermia, gerakan tonik-klonik, bingung. Koma.
·         Penyebab : kekurangan glukosa darah ke otak, pakai insulin tapi tidak makan.
·         Perawatan :
a.             P : position : pada pasien yang sadar : posisi duduk tegak. Pada pasien tidak sadar : posisi supin.
b.            A : airway : pastikan jalan napas lancar.
c.             B : breathing : pastikan pasien bernapas.
d.            C : circulation : cek nadi dan pastikan sirkulasi adekuat, nadi dapat melemah.
e.            D : dispense : pada pasien sadar : berikan minum dengan glukosa tinggi seperti jus jeruk atau pasta glukosa yang diaplikasikan ke mukosa bukal. Pada pasien tidak sadar : panggil bantuan (118/119), administrasi :
1)            Oksigen dengan laju aliran 5-6 L/menit.
2)            Dekstrosa 5% dalam laktasi Ringer (D5LR) intravena : lakukan infus intravena secepat mungkin.
3)            Glukagon 1 mg SC atau IM (atau IV), atau epineprin.
f.              E : ensure tanda vital, administrasi obat dan respon pasien termonitor dan tercatat dengan baik.
g.             F : facilitate/ensure tahap perawatan selanjutnya (kirim ke rumah sakit, jika tidak terjadi perbaikan). Apabila pasien sadar, yakinkan pasien dan berikan informasi apa yang telah terjadi karena terkadang pasien hanya memiliki sedikit memori dari insiden tersebut.
5.             Insufisiensi Adrenal Akut.
·         Tanda dan gejala : kesadaran yang berubah, basah, lembab, lemas, kelelahan, sakit kepala, nyeri pada abdomen atau kaki, mual dan muntah, hipotensi dan sinkop, koma.
·         Penyebab : supresi adrenal (hormon adrenokortikotropik rendah) oleh steroid eksogen. Pasien bisa jadi mendapat medikasi dengan steroid, atau karena malfungsi primer atau sekunder dari korteks adrenal.
·         Perawatan :
a.             P : positioning : posisikan pasien sedikit bersandar dan naikkan kaki sedikit; panggil bantuan.
b.            A : airway : pastikan jalan napas lancar.
c.             B : breathing : pastikan pasien bernapas lancar.
d.            C : circulation : cek nadi dan pastikan sirkulasi adekuat.
e.            D : Dispense :
1)            Pada pasien sadar :
a)         Berikan oksigen dengan laju aliran 5-6 L/menit.
b)         Berikan hidrokortison 100 mg atau deksametason 4 mg (IV).
2)            Pada pasien tidak sadar :
a)         Posisikan supin.
b)         Panggil bantuan (118/119).
c)          Berikan oksigen laju aliran 5-6 L/menit.
d)         Tentukan diagnosis dengan melihat riwayat medis, tanda, dan gejala.
e)         Administrasi intravena dekstrosa 5% dalam laktasi Ringer (D5LR) dan lakukan infus intravena secepat mungkin.
f)          Berikan hidrokortison 100 mg atau deksametason 4 mg (IV).
g)         Berikan obat vasopresor (misalnya epineprin 1:1000; 0,5 mL).
f.              E : ensure tanda vital, administrasi obat dan respon pasien termonitor dan tercatat dengan baik.
g.             F : facilitate/ensure tahap perawatan selanjutnya (kirim ke rumah sakit, jika tidak terjadi perbaikan).

Sumber : Little, J., et.al. 2013. Dental Management of The Medically Compromised Patient, 8th Ed. Missouri : Elsevier

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Gigi : Taurodonsia / Taurodontism

Anomali Gigi : Fusi

Anomali Gigi : Concrescence