Anomali Gigi : Concrescence
Author : drg. Kevin Marsel
1. DEFINISI :
Penggabungan
dua gigi yang berdekatan di sepanjang permukaan akar oleh sementum
2. ETIOLOGI :
a. faktor
lingkungan atau perkembangan setelah akar selesai terbentuk
b. faktor
yang berperan : gigi berjejal yang terjadi selama perkembangan gigi, peradangan
akibat infeksi, atau trauma dengan tulang alveolar mengalami resorbsi (berbagai
faktor ini menyebabkan akar gigi di dekatnya bergabung melalui deposisi sementum
di antara keduanya)
c. jenisnya
:
1). Concresence
sejati : terjadi selama penyempurnaan perkembangan gigi, umumnya antara molar kedua dan ketiga
maksila karena kurangnya ruangan
2). Concresence
yang didapat : sering terjadi sesudah gigi-gigi berkembang sempurna, tetapi dihubungkan dengan
hipersementosis yang terjadi akibat peradangan
kronis (misal peradangan pulpa pada salah satu gigi)
3. EPIDEMIOLOGI :
Insidensi pada ekstraksi gigi dewasa
sebesar 0,8% dan pada gigi desidui sebesar 0,2-3,7%. Tidak ada predileksi soal ras, umur, maupun gender.
4. CIRI-CIRI KLINIS :
a. Biasanya terjadi pada posterior maksila,
khususnya gigi molar kedua dan molar tiga, tapi gigi kuadran lain juga ada kemungkinan
terjadi.
b. Dua gigi bergabung jadi satu pada
sementumnya.
c. Dua gigi yang bergabung memiliki
struktur gingiva interdental yang hilang, menyebabkan akumulasi plak yang
merusak jaringan periodontal.
d. Pada gambaran radiografis terlihat
gambaran tumpang tindih pada kedua gigi bagian akar gigi yang sementumnya
menyatu, namun tiap gigi memiliki kamar pulpa dan saluran akar sendiri.
e. tidak mungkin mendeteksi concressence
secara klinis. Pemeriksaan radiografi sulit, kadang misinterpret dengan overlap
atau superimposed dengan gigi berdekatan.
5. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
Fusi, Geminasi
6. RENCANA PERAWATAN :
Sulit untuk mendeteksi secara
klinis. Banyak kasus concresence baru terdeteksi saat dilakukan ekstraksi. Hal ini
bisa menimbulkan masalah terkait kode etik. Klinisi harus bisa menjelaskan
kepada pasien apa yang terjadi dengan baik.
Pemisahan 2 gigi concresence
dilakukan apabila memungkinkan dengan pembukaan flap. Namun jika tidak
memungkinkan, dan pencabutan melibatkan gigi sebelah, maka dapat dibuatkan
protesa gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang. Manajemen komplikasi
yang mungkin terjadi setelah pencabutan juga harus diperhatikan, seperti
sobeknya dasar sinus maksila.
Sumber :
1. Langlais,
R. P., 2009, Atlas Berwarna Lesi Mulut
yang Sering Ditemukan Edisi 4, Jakarta, EGC
2. Tapadiya,
V., Ramanojam, S., Gelada, K., Sethi, S., dan Oswal, N., 2017, Concrescence of
Erupted Second Molar and Impacted Third Molar : A Rare Case Report, IOSR JDMS 16(4):74-76
3. Mohan,
B., 2014, Hypercementosis and Concrescence of Maxillary Second Molar with Third
Molar : A Case Report and Review of Literature, OHDM 13(2) : 558-561
4. Meer,
Z., dan Rakesh, N., 2011, Concrescence in Primary Dentition : A Case Report, IJCDS 2(2) : 19-21
5. Khedgikar,
J.S., dan Khedgikar, S.B., 2015, Concrescence of a Maxillary First and Second
Molar : A Case Report, JMDSR 2(1) :
1-3
Komentar
Posting Komentar