Perubahan Post Mortal

Author : drg. Kevin Marsel
Bagi seorang dokter, kematian pasien adalah akhir dari tanggung jawab dokter, tetapi setelah kematian tubuh masih mengalami serangkaian proses. Sangat berarti untuk mengetahui apa saja perubahan-perubahan yang terjadi setelah kematian. Perubahan ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya, suhu tubuh saat terjadi kematian, dan ada tidaknya infeksi umum. Perubahan-perubahan tersebut adalah :
1.          Autolisis.
Pada autolisis, jaringan yang mati akan dihancurkan oleh enzim-enzim, antara lain enzim dari lisosom, mikroorganisme yang menginfeksi jaringan mati. Tubuh yang mati akan mencair, kecuali jika autolisis dicegah melalui pengawetan atau pendinginan.
2.          Algor mortis.
Perubahan suhu tubuh menjadi dingin, sesuai dengan suhu lingkungan. Tubuh yang mati memerlukan waktu 24 jam hingga 48 jam untuk menjadi dingin sesuai dengan suhu lingkungan. suhu tubuh menjadi dingin karena metabolisme terhenti. Jika tubuh yang mati berada di tempat dingin, tubuh akan cepat dingin. Jika tubuh berada di tempat yang panas, pendinginan tubuh akan diperlambat.
3.          Rigor mortis (kaku mayat).
Adalah kekakuan tubuh setelah individu meninggal. Timbul setelah 2-4 jam kematian. Kekakuan ini pertama kali dapat jelas ditemukan pada otot rahang dan menjalar ke bawah, ke seluruh otot tubuh selama kurang lebih 9 jam setelah kematian. Rigor mortis mencapai puncaknya setelah 48 jam dan kemudian menghilang selama 3 hingga 4 hari.
Rigor mortis terjadi karena aktivitas metabolisme di otot berlanjut setelah kematian. Adenosin trifosfat dibutuhkan untuk relaksasi otot postmortal. Selama persediaan glikogen di otot tersedia cukup untuk regenerasi adenosin trifosfat dengan menghasilkan asam laktat maka belum terjadi kekakuan otot. Jika persediaan glikogen habis maka konsentrasi adenosin trifosfat menurun à otot akan menjadi kaku karena terbentuk rantai abnormal antara aktin dan miosin. Rigor mortis menetap hingga rantai ini dihancurkan oleh proses autolisis.
Jangka waktu proses rigor mortis dan relaksasi otot sangat bervariasi. Semua keadaan yang menghabiskan glikogen dalam otot, seperti olahraga sebelum kematian, demam tinggi, kecapaian, menyebabkan rigor mortis dipercepat; sedangkan pada keadaan kakheksia dan orang yang sudah lama sakit, rigor mortis terjadi lebih lambat daripada normal.
4.            Livor mortis (lebam mayat).
Disebabkan oleh hemolisis sel darah merah sehingga lebam akan berwarna merah ungu. Proses ini nampak 30 menit setelah kematian dan akan mencapai puncaknya setelah 6-10 jam. Lebam mayat terjadi karena darah secara pasif turun ke bagian bawah dari tubuh, maka dari itu proses ini dimulai dari bagian bawah tubuh.
Pada daerah tempat pembuluh arteri dan vena tertekan, darah tersebut tidak menjadi lebam karena darah tidak dapat melalui pembuluh arteri dan vena tersebut. Jika tubuh dalam posisi terlentang, sebagian kecil punggung yang tidak tertekan akan mengalami lebam mayat, sedangkan bagian kepala dan pundak yang tertekan karena menanggung seluruh berat badan tidak mengalami lebam.
5.          Pembekuan darah Postmortal.
Setelah kematian atau saat agonal (meninggal perlahan-lahan), darah dalam pembuluh darah akan membeku. Beku darah postmortal berkonsistensi lunak, elastis, dan seperti gel; beda dengan trombus yang terjadi sebelum meninggal yang konsistensinya keras dan kering. Jika beku darah terjadi lambat seperti yang terjadi di jantung, beku darah akan nampak berlapis-lapis. Pada bagian bawah bekuan darah akan berwarna merah, sebab sel eritrosit akan mengendap pada bagian terbawah, kemudian di atasnya berwarna abu-abu karena sel leukosit, dan paling atas berwarna kuning karena bekuan serum yang disebut chicken fat  clot.
6.          Jejas postmortal.
Banyak sistem enzim dalam tubuh masik aktif untuk beberapa waktu setelah individu meninggal, dan menyebabkan perubahan atau jejas yang seringkali dikelirukan sebagai penyakit yang terjadi antemortal. Misalnya enzim gaster yang dikeluarkan setelah kematian dan menghancurkan mukosa esofagus bagian bawah; enzim pankreas yang keluar dari duktus pankreas setelah kematian, akan menghancurkan jaringan pankreas dan jaringan sekitarnya.
Jejas postmortal dapat dibedakan dengan lesi antemortal sebab pada jejas postmortal tidak dijumpai reaksi radang pada jejas, sedangkan pada lesi antemortal tampak reaksi radang.
7.           Pembusukan.
        Adalah hancurnya tubuh yang mati karena invasi bakteri. Penyebab utamanya oleh bakteri dari isi perut (terutama Clostridium perfringens). Kulit di sekitar caecum menjadi kehijauan setelah 2 atau 3 hari dan menjalar ke seluruh tubuh setelah 1 atau 2 minggu.

Sumber : Sudiono, J., 2003, Ilmu Patologi, Jakarta : EGC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Gigi : Taurodonsia / Taurodontism

Anomali Gigi : Fusi

Anomali Gigi : Concrescence