Bijak Menggunakan Antibiotik
Author : Erica Kusuma, Apt.
Antibiotik merupakan obat yang digunakan
untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik
bekerja untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan berbagai mekanisme
diantaranya dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri, menghambat
sintesis protein, dan menghambat replikasi DNA.
Pemakaian antibiotik tidak bisa
sembarangan. Salah satu risiko penggunaan antibiotik yang salah adalah dapat
menimbulkan resistensi. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir
dan melemahkan daya kerja antibiotik. Satuan resistensi adalah KHM (kadar
hambat minimal) atau MIC (minimum inhibitory concentration), yaitu kadar
terendah antibiotik (µg/mL) yang mampu menghambat tumbuh dan berkembangnya
bakteri. Tahap awal resisten ditandai dengan naiknya nilai KHM.
Peningkatan resistensi bakteri terhadap
antibiotik terjadi dengan cara :
a. Mekanisme
Selection Pressure. Bakteri yang berbiak cepat yang bisa duplikasi
setiap 20-30 menit maka orang yang terinfeksi akan dipenuhi bakteri yang
resisten. Cara pencegahan yaitu pemakaian antibiotik dengan bijak (prudent
use of antibiotics).
b. Penyebaran
dari bakteri resisten ke non-resisten melalui plasmid. Cara pencegahan dengan
meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar (universal
precaution).
Faktor
pertimbangan pemilihan antibiotik :
a. Resistensi
mikroorganisme terhadap antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan :
1) merusak antibiotik
dengan enzim yang diproduksi
2) ubah titik reseptor
antibiotik
3) ubah fisikokimia target
sasaran antibiotik pada sel bakteri
4) ubah sifat dinding sel
bakteri sehingga antibiotik tidak dapat menembus
5) mengeluarkan
kembali antibiotik yang masuk ke dalam sel bakteri dengan mekanisme transpor
aktif ke luar sel
Penetapan
jenis dan dosis antibiotik secara tepat perlu memahami sifat farmakokinetik dan
farmakodinamik. Sifat antibiotik yang harus dimiliki untuk berfungsi sebagai
bakterisida atau bakteriostatik adalah :
a. Aktivitas
mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan spesifiknya (misalnya
ribosom atau ikatan penisilin pada protein).
b. Kadar
antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Makin tinggi kadarnya
semakin banyak tempat ikatan pada sel bakteri
c. Antibiotik
harus berada pada tempat ikatannya untuk waktu tertentu agar efeknya adekuat.
d. Kadar
hambat minimal yang mencukupi.
Kelompok
antibiotik berdasarkan sifat farmakokinetiknya :
a.
Time
dependent. Kadar antibiotik dalam darah di atas
KHM paling tidak selama 50% interval dosis. Contoh antibiotiknya adalah
penisilin, sefalosporin, dan makrolida.
b. Concentration
dependent.
Makin tinggi kadar antibiotik dalam darah melewati KHM, makin tinggi
daya bunuh terhadap bakteri. Perlu rasio kadar/KHM kurang lebih 10. Artinya,
rejimen dosis yang dipilih harus memiliki kadar dalam serum atau jaringan 10x
lebih tinggi dari KHM. Jika tidak tercapai maka akan mengakibatkan kegagalan
terapi yang dapat menimbulkan resistensi.
Prinsip pemakaian antibiotik yang
bijak :
a. Pemakaian
antibiotik dengan spektrum sempit, indikasi yang ketat dengan dosis adekuat,
interval dan lama pemberian yang tepat.
b. Kebijakan
pemakaian antibiotik (antibiotic policy) dengan pembatasan penggunaan
antibiotik dan menggunakan antibiotik lini pertama.
c. Pembatasan
penggunaan antibiotik dengan menerapkan pedoman penggunaan antibiotik,
penerapan pemakaian secara terbatas (restricted), dan penerapan
kewenangan untuk pemakaian antibiotik tertentu (reserved antibiotics).
d. Indikasi
yang tepat dengan menegakkan diagnosis infeksi, informasi klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya.
Antibiotik tidak diberikan untuk penyakit infeksi karena virus atau penyakit
dapat sembuh sendiri (self-limited).
e. Pemilihan
antibiotik berdasarkan :
1) Informasi
spektrum bakteri penyebab infeksi dan pola kepekaan bakteri terhadap
antibiotik.
2) Hasil
pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan bakteri infeksi.
3) Profil
farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
4) Cost effective
: pemilihan obat dengan biaya efektif tapi aman.
5) De-eskalasi
dengan pertimbangan mikrobiologi, keadaan klinis pasien, dan ketersediaan obat.
f. Pemakaian
antibiotik dengan bijak dilakukan dengan cara :
1) Meningkatkan
pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan antibiotik secara bijak.
2) Meningkatkan
ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang dengan penguatan laboratorium
hematologi, imunologi, dan mikrobiologi atau laboratorium lain berkaitan dengan
penyakit infeksi.
3) Ketersediaan
tenaga kesehatan kompeten di bidang infeksi.
4) Sistem
penanganan penyakit infeksi secara tim.
5) Membentuk tim
pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik.
Prinsip penggunaan antibiotik terapi empiris dan
definitif :
a. Antibiotik
terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum tahu
jenis bakteri penyebabnya. Tujuan untuk terapi empiris adalah menghambat
pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh
hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi jika ditemukan sindrom klinis yang
mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab
infeksi. Pertimbangan pemilihan antibiotik empiris berdasarkan :
1) Data
epidemiologi pola resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah
sakit.
2) Kondisi klinis
pasien.
3) Ketersediaan
antibiotik.
4) Kemampuan
antibiotik menembus ke dalam jaringan/organ yang terinfeksi.
5) Infeksi berat
yang diduga disebabkan polimikroba dapat menggunakan antibiotik kombinasi.
Rute
pemberian oral menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi
sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.
Lama pemberian terapi empiris untuk jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus
dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien
serta data penunjang lainnya.
b. Antibiotik
terapi definitif digunakan untuk kasus infeksi yang sudah tahu jenis bakteri
penyebabnya dan pola resistensinya. Tujuannya adalah eradikasi atau menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi berdasarkan hasil pemeriksaan
mikrobiologi. Indikasi sesuai dengan hasil mikrobiologi penyebab infeksi.
Pertimbangan pemilihan jenis dan dosis antibiotik :
1) Efikasi
klinikdan keamanan berdasarkan hasil uji klinik.
2) Sensitivitas.
3) Biaya
4) Kondisi klinis
pasien.
5) Prioritas
antibiotik lini pertama/spektrum sempit.
6) Ketersediaan
antibiotik.
7) Sesuai dengan
Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) yang terbaru.
8) Risiko terkecil
menimbulkan resistensi bakteri.
Rute
pemberian pilihan pertama melalui oral. Lama pemberian terapi definitif
berdasarkan efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang
telah dikonfirmasi. Selanjutnya evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan
kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
Komentar
Posting Komentar