Antibiotik yang Menghambat Sintesis Dinding Sel Bakteri : Mekanisme, Jenis, Dosis, dan Efek Samping
Author : Erica Kusuma, Apt.
Golongan antibiotik yang memiliki mekanisme untuk
menghambat sintesis dinding sel bakteri dibagi menjadi beberapa golongan, yakni
penicillin, cephalosporin, carbapenem, monobactam, dan glikopeptida.
1.
Penicillin
Mekanisme aksi :
Penicillin bekerja dengan cara menghambat reaksi transpeptidasi pada proses
pembentukan dinding sel bakteri. Struktur penicillin yang mirip dengan substrat
D-Ala-D-Ala menyebabkannya berikatan dengan sisi aktif enzim Penicillin-binding
protein (PBP), mengganggu proses transpeptidasi, sehingga sintesis
peptidoglikan (salah satu komponen pembentuk dinding sel) terganggu, dan
mengakibatkan kematian sel bakteri (sel lysis).
Penicillin dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya :
a.
Penicillin
Memiliki
aktivitas yang baik melawan organisme gram positif, gram negatif cocci, dan
bakteri anaerob yang tidak menghasilkan β-lactamase
(enzim yang memecah struktur cincin β-lactam.
Contoh : penicillin G
b.
Antistaphylococcal
penicillin
Golongan
ini baik melawan staphylococci dan streptococci, namun tidak efektif untuk
bakteri enterococci, bakteri anaerob, gram negatif cocci dan batang. Contoh :
nafcillin
c.
Extended-spectrum
penicillin
Golongan
ini efektif untuk spektrum bakteri penicillin ditambah dengan bakteri gram
negatif. Contoh : ampicillin, amoxicillin dan antipseudomonal penicillin
seperti piperacillin.
Mekanisme Resistensi :
Resistensi terhadap penicillin dan β-lactam yang lain disebabkan karena 4 mekanisme
umum, yakni
a.
Inaktivasi antibiotik
oleh enzim β-lactamase
b.
Modifikasi
target PBP (Penicillin-binding protein)
c.
Terganggunya
penetrasi obat pada target PBP (biasanya terjadi pada bakteri gram negatif)
d.
Pompa efflux
Dosis :
Efek
samping :
Efek
samping yang dapat dialami oleh pasien diantaranya mual, muntah, diare, sakit
kepala, ruam pada kulit, dan reaksi anafilaksis.
Catatan : Pasien yang mengalami alergi
terhadap suatu jenis obat penicillin biasanya alergi juga terhadap jenis obat
penicillin yang lain karena adanya cross-sensitizing dan cross-reacting.
2.
Cephalosporin
Mekanisme aksi :
Cephalosporin bekerja dengan cara yang sama dengan penicillin, yakni dengan
cara menghambat reaksi transpeptidasi
pada proses pembentukan dinding sel bakteri.
Cephalosporin terdiri dari 4 generasi sebagai berikut :
a.
Cephalosporin
generasi pertama
Golongan
ini efektif untuk bakteri gram positif cocci, seperti pneumococci,
streptococci, dan staphylococci. Golongan ini tidak efektif untuk strain
staphylococci methicillin-resistant. Contoh : cefazolin, cefadroxil,
cephalexin.
b.
Cephalosporin
generasi kedua
Golongan
ini efektif terhadap spektrum bakteri cephalosporin generasi pertama ditambah
dengan gram negatif seperti Klebsiellae. Contoh : cefaclor cefuroxime,
cefoxitin, cefotetan.
c.
Cephalosporin
generasi ketiga
Golongan
ini memiliki spektrum yang lebih luas dibanding generasi sebelumnya.
Cephalosporin generasi ketiga efektif melawan bakteri citrobacter, S
marcescens dan providencia. Golongan ini juga efektif melawan strain
haemophilus dan neisseria yang memproduksi β-lactamase. Contoh : cefoperazone, cefotaxime, ceftazidime, ceftriaxone,
cefixime.
d.
Cephalosporin
generasi keempat
Golongan
ini efektif melawan bakteri P aeruginosa, enterobacteriaceae, S
aureus, dan S pneumoniae. Golongan inni sangat efektif melawan
haemophilus dan neisseria, dan dapat mencapai cairan cerebrospinal. Contoh :
Cefepime.
Dosis :
Efek samping :
Beberapa efek samping yang mungkin muncul
diantaranya demam, ruam kulit, nefritis, dan anafilaksis.
Catatan : pasien
yang mengalami anafilaksis pada pemberian penicillin sebaiknya tidak diberikan
golongan cephalosporin.
3.
Carbapenem
Mekanisme aksi :
Carbapenem bekerja dengan cara yang sama dengan penicillin, yakni dengan
cara menghambat reaksi transpeptidasi
pada proses pembentukan dinding sel bakteri.
Spektrum :
Golongan ini efektif terhadap bakteri gram negatif batang (termasuk P
aeruginosa), gram positif, dan anaerob.
Dosis :
Efek samping :
Efek samping yang dapat terjadi diantaranya konstipasi, diare, ruam kulit,
mual dan muntah.
4.
Monobactam
Mekanisme aksi :
Monobactam bekerja dengan cara yang sama dengan penicillin, yakni dengan
cara menghambat reaksi transpeptidasi
pada proses pembentukan dinding sel bakteri.
Spektrum :
Terbatas pada bakteri aerob gram negatif berbentuk batang (termasuk
pseudomonas), tidak memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif dan
anaerob.
Dosis :
Aztreonam diberikan secara intravena setiap 8 jam dengan dosis 1-2 gram
(kadar puncak 100 mcg/mL). Aztreonam memiliki waktu paruh 1-2 jam (waktu paruh
menjadi lebih panjang pada pasien dengan gangguan renal).
Efek samping :
Beberapa efek samping yang mungkin muncul diantaranya peningkatan serum
transaminase, neutropenia, ruam, diare, mual, muntah, dan demam.
5.
Glikopeptida
Mekanisme aksi :
Glikopeptida bekerja menghambat sintesis dinding sel dengan cara berikatan
dengan D-Ala-D-Ala dan menghambat polimerisasi glikopeptida.
Spektrum :
Vancomycin dapat membunuh bakteri gram positif, staphylococci (termasuk
yang memproduksi β-lactamase dan
yang resisten terhadap nafcillin dan methicillin. Dapat dikombinasikan dengan
gentamicin dan streptomycin melawan bakteri Enterococcus faecium dan Enterococcus
faecalis.
Mekanisme resistensi :
Resistensi terjadi karena adanya modifikasi tempat ikatan pada
peptidoglikan yakni dari D-Ala-D-Ala menjadi D-Ala-D-Lactate yang mengakibatkan
hilangnya ikatan hidrogen dan menurunkan aktivitasnya.
Dosis :
Efek samping :
Beberapa efek samping yang dapat muncul diantaranya kedinginan, demam,
ruam, eosinofilia
DAFTAR PUSTAKA :
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor,
A.J., 2009, Basic & Clinical Pharmacology, 11th edition,
Mc Graw Hill, New York, pp 773-793.
Neal, M.J., 2016, Medical
Pharmacology at a Glance, 8th edition, John Wiley & Sons,
Ltd., United Kingdom, pp. 76-77.
Komentar
Posting Komentar