Teknik Anestesi dalam Kedokteran Gigi

Author : drg. Kevin Marsel



1.      Mekanisme aksi anestesi lokal : bekerja pada voltage – gated sodium channel à menghambat masuknya sodium ke sel saraf à mengakibatkan depolarisasi à menghambat aktivitas saraf.
2.            Anestesi lokal yang sekarang tidak spesifik untuk saraf perifer sensoris, tetapi bisa mempengaruhi transmisi luar jaringan (misalnya saraf motoris, sistem saraf pusat, jaringan jantung).
3.            Teknik anestesi lokal untuk mulut dan bedah maksilofasial :
a.             Anestesi topikal.
·         Berguna untuk diaplikasikan di mukosa oral à mengurangi rasa tidak nyaman saat penetrasi jarum.
·         Bentuk formula : krim, salep, dan aerosol.
·   Paling sering senyawanya lidokain dan benzokain atau oraqix à kombinasi lidokain + prilokain.
·         Fungsi : prosedur jaringan lunak, tidak untuk gigi dan rahang.
b.            Anestesi infiltrasi.
·         Untuk anestesi beberapa gigi dan bagian dari rahang, anestesi pulpal gigi maksila, gigi decidui rahang bawah anak-anak, dan gigi incisor rahang bawah pasien dewasa.
·         Jarum yang digunakan : 1 7/8 in. - 25 gauge - hub panjang atau 1 in. - 25 gauge - hub pendek, atau 1 in. - 27 gauge – hub pendek.
·         Anestetikum yang dideponir di atas periosteum setinggi apeks gigi akan mengalir ke dalam periosteum dan tulang melalui proses difusi. Anestesi akan berpenetrasi ke dalam serabut saraf yang masuk ke apeks gigi dan menginervasi alveolus dan membran periodontal à menimbulkan keadaan anestesi pada struktur-struktur tersebut.
·         Teknik : dengan kasa / kapas yang diletakkan antara jari dan membran mukosa mulut, tarik pipi / bibir dan membran mukosa untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal / mukolabial. Garis yang membatasi mukosa bergerak dan tidak bisa diperjelas dengan iodin. Membran mukosa akan berwarna lebih gelap daripada mukoperiosteum. Suntik jaringan pada lipatan mukosa dengan jarum mengarah ke tulang dengan bevel mengarah ke tulang dan jarum sejajar bidang tulang. Lanjutkan tusukan jarum menyusuri periosteum sampai ujungnya setinggi akar gigi. Deponir perlahan untuk menghindari gembungan jaringan dan mengurangi rasa sakit. Jika posisi jarum sudah tepat, deponir 1-2 cc. Jangan lupa lakukan aspirasi sebelum deponir.
·         Durasi anestesi untuk pulpa gigi 45 menit jika bahan mengandung vasokonstriktor (misalnya lidokain + epineprin), jaringan lunak bisa 1,5 - 2 jam.
c.             Anestesi blok regional.
·         Perhitungan dosis anestesi : misal memakai lidokain 2% à 2g/1dl= 2000/100 = 20mg/ml. Berarti 1 ampul 2cc à 40mg/2ml.  
·         Anestesi mandibular ada beberapa metode :
1)      Blok nervus alveolaris inferior (teknik Halstead).
o   Jarum : 1 7/8 in.-23 gauge-hub panjang, atau 1 7/8 in.-25 gauge-hub pendek.
o   Anestesi gigi dan salah satu sisi mandibula, jaringan lunak anterior sisi bukal sampai foramen mental.
o   Deposisi larutan di spasial pterigotemporal di aspek medial ramus mandibula, khususnya daerah foramen mandibular.
o   Jika berhasil maka yang teranestesi : n. Alveolaris inferior, gigi-gigi dan tulang satu sisi mandibula, jaringan lunak bibir bawah, gingiva cekat dari gigi premolar ke midline, biasanya juga n. Lingualis yang inervasi 2/3 anterior lidah di satu sisi.
o   Pasien membuka mulut lebar. Operator meraba processus coronoid dengan ibu jari. Jari telunjuk indeks di ekstraoral setinggi batas posterior ramus. Spad diarahkan melintang dari gigi premolar bawah ke sisi yang berlawanan. Penetrasi di antara linea obliqua interna dan raphe pterigomandibular. Ketinggian penetrasi jarum 1/2 dari kuku ibu jari operator. Jarum 35 mm tidak lebih sempit dari 27 gauge dipenetrasi hingga berkontak dengan tulang (kira-kira 25 mm insersi jarum). Setelah kontak jarum ditarik sedikit, aspirasi dan deponir perlahan 1,5 - 2 ml.
o   Kegagalan kontak dengan tulang à bisa jadi karena injeksi glandula parotis à mempengaruhi intraparotid nervus fasial à paresis hemifasial.
o   Durasi anestesi jaringan keras termasuk gigi selama 45 menit dengan lidokain + epineprin, jaringan lunak selama 3 jam.
2)      Teknik Gow-Gates.
o   Menyasar nervus lingual, bukal, milohyoid, dan aurikulotemporal untuk blok nervus aksesori dari gigi dan rahang.
o   Deponir lebih superior dari teknik Halstead à lebih banyak cabang saraf mandibula yang terkena.
o   Targetnya adalah kondilus mandibula. Spad diarahkan ke bidang paralel di antara sudut mulut dan intertragal notch. Jarum melintang dari gigi C maksila sisi berlawanan menyeberang melintasi tonjol palatal M2 atas di sisi yang akan diinjeksi.
o   Tingkat sukses lebih tinggi daripada teknik Halstead.
3)      Teknik Akinosi-Vazirani.
o   Administrasi dengan mulut pasien tertutup à berguna untuk pasien yang tidak bisa buka mulut dan tidak ada kontak dengan tulang dari insersi jarum.
o   Butuh jarum panjang tidak lebih sempit dari 27 gauge.
o   Jarum masuk intraoral dalam sulkus bukal setinggi bidang mucogingival junction mukosa maksila. Jarum menyusur posterior maksila hingga mencapai permukaan distal M2 maksila. Jarum penetrasi mukosa. Aspirasi dan deponir 2 ml perlahan.
o   Metode ini menganestesi nervus alveolaris inferior, nervus lingualis, nervus milohyoid dan nervus bukal.
4)      Blok nervus mentalis dan nervus incisif.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang.
o   Menganestesi gigi dan rahang dari premolar ke anterior, jaringan lunak bibir bawah, dagu ke midline salah satu sisi.
o   Untuk memblok nervus mentalis yang keluar dari foramen mental dan larutan masuk ke foramen untuk blok cabang incisivus.
o   Insersi jarum di antara gigi premolar dan apikal P, deponir 1,5 ml. Arah jarum membentuk sudut 45o. Foramen mental biasanya terletak di dekat salah satu apeks P.
5)      Blok nervus bukalis longus.
o   Jarum : 1 7/8 in.-23 gauge-hub panjang, atau 1 7/8 in.-25 gauge-hub pendek. Anestetikum ± 3/4 cc.
o   Jaringan lunak di bukal gigi molar rahang bawah dapat diinervasi dari n.bukalis longus, biasanya cabang n.mandibula sesudah saraf keluar dari foramen ovale.
o   Teknik : insersi jarum pada lipatan mukosa di titik depan gigi molar satu. Insersi jarum sejajar ramus mandibula, bevel kebawah, ke titik sejauh molar tiga, deponir perlahan. Injeksi menganestesi jaringan bukal area molar bawah.
·         Anestesi Maksila :
1)      Blok nervus maksila.
o   Anestesi gigi-gigi dan tulang maksila satu sisi bersama dengan mukosa bukal dan palatal, mukosa bibir atas, kelopak mata bawah, dan sisi lateral hidung.
2)      Anestesi nervus alveolaris superior posterior.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 in.-25 gauge-hub pendek, atau 1 in.-27 gauge-hub pendek.
o   Membran mukosa perlu dipersiapkan dulu. Pertama, jaringan harus dikeringkan, kemudian diolesi dengan antiseptik. Sampai saat dilakukan injeksi pasien tidak boleh menutup mulut.
o   Titik suntikan terletak pada lipatan mukobukal di atas gigi molar kedua atas, jarum digerakkan ke arah distal dan superior. Anestetikum dideponir kira-kira di atas apeks gigi molar ketiga.
o   Untuk anestesi molar tiga, molar dua, dan akar distal palatal molar satu. Untuk prosedur cabut bisa ditambah n.palatinus minor.
3)      N.alveolaris superior media.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 in.-25 gauge-hub pendek, atau 1 in.-27 gauge-hub pendek.
o   Titik suntikan pada lipatan mukobukal di atas gigi premolar pertama. Arahkan jarum ke suatu titik sedikit di atas apeks akar, deponir perlahan.
o   Untuk anestesi gigi-gigi premolar pertama, kedua, dan akar mesial gigi molar pertama.
o   Untuk ekstraksi bisa ditambah injeksi palatinal.
4)      N. Alveolaris superior anterior.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 in.-25 gauge-hub pendek, atau 1 in.-27 gauge-hub pendek.
o   Titik suntikan pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus. Arahkan jarum ke apeks kaninus, deponir perlahan-lahan di atas apeks akar gigi tersebut.
o   Untuk anestesi gigi-gigi anterior.
o   Untuk ekstraksi bisa ditambahkan injeksi palatinal regio kaninus atau foramen incisivum.
5)      Injeksi zigomatik.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 7/8 in.-23 gauge-hub pendek.
o   N.alveolaris superior posterior bisa diblok sebelum masuk ke maksila di atas molar ketiga.
o   Titik suntikan pada lipatan mukosa tertinggi di atas akar distobukal molar kedua atas. Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman ± 20 mm. Ujung jarum menempel pada periosteum untuk menghindari masuknya jarum ke plexus venosus pterygoideus.
o   Untuk anestesi daerah yang diinervasi n.alveolaris superior posterior (molar tiga, dua, akar distobukal dan akar palatal molar pertama, tapi tidak untuk mukoperiosteum palatum. Cabang-cabang n.bukalis yang inervasi bagian bukal gigi-gigi molar juga teranestesi.
6)      Injeksi infraorbital.
o   Diindikasikan jika injeksi supraperiosteal tidak dapat dilakukan (misal adanya inflamasi atau infeksi), operasi pembukaan antrum, atau ekstraksi beberapa gigi sekaligus, alveolektomi, pencabutan gigi impaksi, atau kista.
o   Anestesi dideponir ke dalam kanalis infraorbitalis agar cabang-cabang n.alveolaris superior media dan anterior teranestesi. Selain itu cabang-cabang terminal n.infraorbitalis yang menginervasi kulit pada kelopak mata bawah, alae nasi, dan bibir atas juga ikut teranestesi.
o   Tentukan letak foramen infraorbital dengan palpasi. Foramen ini terletak tepat di bawah krista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan pupil mata apabila pasien memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang palpasi jangan diubah, dan tusukkan jarum dari seberang gigi premolar kedua, ± 5 mm keluar dari permukaan bukal. Arahkan jarum sejajar dengan aksis panjang gigi premolar kedua sampai dirasakan jarum masuk ke foramen infraorbital di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Deponir perlahan-lahan.
7)      N. Nasopalatinus.
o   Jarum : 1 in.-25 gauge-hub pendek, atau 1 in.-27 gauge-hub pendek.
o   Menginervasi jaringan lunak 1/3 anterior palatum yang muncul dari kanalis palatina anterior. Anestesi ini diperlukan untuk ekstraksi gigi  atau prosedur operasi dan kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi injeksi supraperiosteal atau infraorbital bila tidak mencukupi.
o   Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisiva pada garis tengah rahang, di posterior gigi incisivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju kanalis palatina anterior.
o   Untuk anestesi mukoperiosteum 1/3 anterior palatum (dari kaninus satu ke kaninus sisi lain).
8)      N.palatinus major
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 in.-25 gauge-hub pendek, atau 1 in.-27 gauge-hub pendek.
o   Tentukan titik tengah garis khayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral. Injeksi ke foramen atau deponir dalam jumlah besar pada orifisum foramen akan menyebabkan teranestesinya n.palatinus media sehingga palatum mole menjadi kebas à timbul gagging (refleks muntah).
o   Untuk anestesi mukoperiosteum palatum dari tuber maksila sampai regio kaninus dan dari garis tengah ke krista gingiva pada sisi bersangkutan.
d.            Teknik anestesi lokal intraoral lainnya :
1)      Injeksi intraoseus.
o   Bisa untuk rahang atas dan bawah. Bisa menjadi injeksi suplementari saat injeksi konvensional gagal menganestesi pulpa gigi.
o   Teknik : gingiva bukal sekeliling gigi dianestesi dengan infiltrasi bukal dosis kecil (0,2-0,5 mL). Perforasi melewati jaringan lunak dan tulang kortikal dibantu dengan bur bulat kecil. Titik penetrasi 2 mm di bawah perpotongan 2 garis imajiner (garis yang menghubungkan bagian terendah dari margin gingiva bukal gigi dan tetangga posteriornya; dan garis sudut 90o dengan garis sebelumnya yang membagi 2 papilla interdental. Ketika perforasi mencapai tulang kanselus, injeksi 1 mL secara intraoseus perlahan.
o   Deposisi intraoseus sama dengan dosis intravena, maka dari itu deponir perlahan dan limitasi dosis sangat penting untuk teknik ini.
2)      Injeksi Intraseptal.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 1/4 in.-25 gauge-hub pendek.
o   Digunakan jika injeksi biasa gagal anestesi pulpa dan gigi. Bisa digunakan saat jaringan periodontal gigi normal. Jangan digunakan untuk anestesi gigi non-vital yang akan diekstraksi, atau adanya kemungkinan jaringan terinfeksi berkontak dengan jarum.
o   Teknik : gingiva diolesi antiseptik. Dengan bur intraseptal lubangilah jaringan tepat di bawah papilla interdental dan tekanlah bur kuat-kuat sampai mencapai tulang. Bur mengarah pada sudut 45o terhadap aksis gigi. Bur akan menembus tulang kortikal dan masuk ke tulang kanselus. Jika ada darah menutupi titik injeksi, tekan dengan kasa steril hingga perdarahan berhenti. Bila jarum sudah masuk ke tulang kanselus, deponir perlahan-lahan. Pulpa-pulpa dari gigi yang berdekatan akan ikut teranestesi.

3)      Injeksi supraperiosteal.
o   Jarum : 1 7/8 in.-25 gauge-hub panjang, atau 1 in.-25 gauge-hub pendek, atau 1 in.-27 gauge-hub pendek.
o   Deponir anestetikum di periosteum bukal dan labial. Teknik ini disebut juga infiltrasi.
o   Teknik : tariklah pipi atau bibir serta membran mukosa yang bergerak untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal/mukolabial. Garis yang membatasi mukosa bergerak dan tidak bergerak bisa diperjelas dengan iodin. Membran mukosa akan berwarna lebih gelap daripada mukoperiosteum. Suntik jaringan pada lipatan mukosa dengan jarum mengarah ke tulang dengan mempertahankan bevel mengarah ke tulang dan jarum sejajar bidang tulang. Lanjutkan menyusuri periosteum sampai ujungnya mencapai setinggi akar gigi. Deponir larutan perlahan untuk menghindari gembungan jaringan dan mengurangi rasa sakit.
o   Anestesi yang dideponir di atas periosteum setinggi apeks gigi akan mengalir ke dalam periosteum dan tulang melalui proses difusi. Anestetikum berpenetrasi ke dalam serabut saraf yang masuk ke apeks gigi dan menginervasi alveolus dan membran periodontal.
4)      Intrapulpal.
o   Indikasi jika pulpa gigi terekspos.
o   Hal unik karena bahan anestesi tidak pasti sukses, malah salin memperlihatkan hasil lebih efektif.
o   Jarum masuk ke pulpa yang terekspos dan deponir perlahan, dengan gigi tersebut dikelilingi rol kapas selama injeksi.
o   Secara teori bisa menganestesi 1 pulpa pada gigi dengan banyak akar.


Sumber : Pogrel, A., dkk., Essentials of Oral and Maxillofacial Surgery, UK : Wiley                  Blackwell
                Purwanto, dan Yuwono, L., Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, Jakarta : EGC



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Gigi : Taurodonsia / Taurodontism

Anomali Gigi : Fusi

Anomali Gigi : Concrescence