Terminologi Diagnostik dan Deskriptif dalam Kedokteran Gigi
Author : drg. Kevin Marsel
1. Makula adalah daerah kecil yang terbatas
di epidermis atau mukosa yang dibedakan dari sekitarnya melalui warnanya.
Diameter kurang dari 1 cm. Muncul soliter atau berkelompok sebagai noda warna
atau bercak berwarna merah, biru, cokelat, atau hitam. Makula datar (tidak
cembung, tidak cekung). Istilah ini dapat mewakili keadaan normal, varian
keadaan normal, atau penyakit lokal atau sistemik. Istilah ini dapat digunakan
secara klinis untuk menggambarkan kondisi berikut : makula melanotik rongga
mulut, ephelis, tato amalgam, tato tinta India atau tato pensil, dan argirosis
fokal. Warna dan bentuk makula membantu dalam menentukan diagnosis.
2. Bercak adalah daerah berbatas tegas yang
lebih besar dari makula dan dibedakan dari epidermis sekitarnya oleh warna,
tekstur, atau keduanya. Digunakan untuk menggambarkan kondisi seperti :
argirosis fokal, lichen planus, bercak mukus sifilis sekunder, dan bercak snuff
dipper.
3. Erosi adalah istilah klinis untuk lesi
jaringan lunak yang terkelupas, baik kulit atau mukosa (karena epiteliumnya aus
atau rusak). Umumnya lembab dan sedikit cekung. Seringkali berasal dari vesikel
yang pecah, kerusakan epitel, atau trauma. Pada daerah yang tererosi, epitelium
di atas lapisan sel basal (lapisan di atas jaringan ikat atau dermis) hilang. Penyembuhan
jarang menyebabkan jaringan parut karena lapisan basal tetap utuh. Contoh
penyakitnya : pemfigus, lichen planus erosiva (gingivitis deskuamasi), dan
eritema multiformes.
4. Ulser adalah lesi berbentuk seperti
kawah pada kulit atau mukosa mulut. istilah ini digunakan untuk menyebut luka
pada jaringan kutaneus atau mukosa yang terbuka, menunjukkan disintegrasi
jaringan secara perlahan-lahan disertai nekrosis. Tepi ulser mukosa sering kali
bulat, tapi bisa juga tidak teratur. Ulser meluas lebih dalam dibandingkan
erosi, dari lapisan basal hingga dermis (jaringan ikat). Jaringan parut dapat
terjadi sewaktu ulser sembuh. Ulser dapat berasal dari stomatitis aptosa,
infeksi virus seperti herpes simpleks, variola (small pox), dan varisela zoster
(chicken pox dan shingles), kanker, atau penyakit granulomatosis. Biasanya terasa
sakit dan seringkali memerlukan terapi obat topikal atau sistemik.
5. Mata ikan adalah daerah pembengkakan
jaringan yang menonjol (edema) dan terlokalisasi. Umunya berwarna merah pucat,
gatal, dan berdurasi pendek, hanya sedikit menonjol, dan ukuran bervariasi. Umunya
terjadi pada penderita alergi. Mata ikan berkembang akibat pelepasan histamin
dari sel mast atau pengaktifan complement cascade. Mata ikan adalah tanda
reaksi alergi tidak lama setelah tergigit serangga, mengkonsumsi makanan
tertentu, atau terkena iritasi mekanis (seperti pada pasien dermatografia). Seringkali
terasa sangat gatal.
6.
Jaringan parut adalah tanda atau
cicatrix permanen yang tertinggal setelah sebuah luka sembuh. Lesi ini
menandakan adanya perbaikan luka dan menunjukkan gangguan pada integritas
epidermis, dermis, dan penyembuhan epitelium melalui pembentukan jaringan
fibrosa (ikat kolagen). Jarang ditemukan di oral karena jaringannya bersifat
elastik dan kurang rentan terbentuk jaringan parut dibanding kulit. Jaringan parut
tidak identik dengan jaringan sekitar. Warna di oral biasanya lebih muda
dibandingkan mukosa sekitar. Secara histologis, jaringan parut lebih padat
dibanding epitelium di dekatnya, kurang mempunyai kelenjar keringat (atau
saliva) dan mempunyai pembuluh darah yang lebih sedikit. Trauma rongga mulut,
operasi, luka bakar, atau trauma intraoral dapat menimbulkan jaringan parut.
7. Fisura adalah celah linear normal atau
abnormal atau lipatan pada epidermis (kulit atau mukosa) yang terjadi pada
lidah, bibir, dan jaringan perioral. Bisa menunjukkan varian normal atau
penyakit. Menjadi penyakit jika organisme patogen menyerang fisura, menyebabkan
rasa sakit,ulserasi, dan peradangan. Contoh varian normal lidah berfisur yang
berhubungan dengan mulut kering dan dehidrasi. Contoh penyakit yaitu keilitis
angularis dan keilitis eksfoliasi karena infeksi Candida albicans.
8. Sinus mempunyai 2 arti. Arti yang umum
adalah celah normal atau kavitas, seperti sinus frontalis atau maksilaris. Istilah
ini juga digunakan untuk saluran, traktus, atau fistula abnormal yang melebar,
yang berasal dari kavitas yang bernanah, kista, atau abses menuju permukaan
epidermis. Abses gigi sering menimbulkan saluran sinus yang berjalan dari apeks
akar yang terinfeksi ke parulis yang terlihat secara klinis dan ujung terminal
dari saluran. Aktinomikosis adalah contoh penyakit yang memiliki beberapa
saluran sinus berwarna kuning yang keluar ke permukaan mukosa atau permukaan
kulit.
9. Papula adalah lesi atau struktur yang
padat, kecil, superfisial, menonjol, dan berdiameter kurang dari 1 cm. Warna bervariasi
dan dapat bertangkai atau memiliki basis yang kuat. Papula sering mewakili lesi
jinak atau lesi yang tumbuh dengan lambat, yang disebabkan infeksi, peradangan,
hiperplasia, atau neoplasia. Contoh lesinya kondiloma akuminatum, parulis, dan
papiloma skuamosa. Karsinoma sel basal (kanker kulit yang tumbuh lambat) juga
dapat muncul sebagai papula.
10. Plak adalah daerah kulit atau mukosa
yang datar, padat, menonjol, dengan diameter lebih dari 1 cm. Dapat menyebar ke
dalam dermis dibandingkan papula. Tepinya landai, kadang disertai proliferasi
keratin di permukaan (kondisi disebut lichenifikasi). Contoh lesinya lichen
planus, leukoplakia, atau melanoma awal.
11. Nodula adalah benjolan atau massa
jaringan yang padat dan menonjol dengan diameter kurang dari 1 cm. Nodula meluas
ke dalam dermis. Dapat dideteksi dengan palpasi. Epidermis di atasnya biasanya
tidak cekat dan dapat dengan mudah dilepas dari lesinya. Dapat asimptomatik
atau menimbulkan rasa sakit, biasanya tumbuh dengan lambat. Contoh lesinya
tumor mesenkimal jinak seperti fibroma, lipoma, lipofibroma, dan neuroma.
12. Tumor adalah istilah yang digunakan
untuk menyebut massa jaringan padat dengan diameter lebih dari 1 cm yang punya
dimensi kedalaman. Istilah ini mewakili neoplasma (pertumbuhan jaringan yang
baru dan mandiri dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan progresif,
tidak punya manfaat fisiologis). Dapat berwarna apa saja, dapat terletak di
jaringan lunak maupun keras, baik di intraoral maupun ekstraoral. Diklasifikasikan
menjadi jinak dan ganas. Tumor jinak tumbuh lebih lambat dan kurang agresif
dibandingkan tumor ganas. Lesinya seringkali tampak sebagai lesi bulat,
menonjol, dengan tepi yang jelas (secara klinis dan radiografis), tidak
bermetastasis. Tumor ganas terbentuk dari beberapa sel neoplastik dengan
nukleus gelap dan membesar (hiperkromatik), menyerang jaringan di dekatnya dan
menyebar dengan cepat. Secara klinis dan radiografis tepi tumor ganas kurang
jelas. Tumor digunakan untuk massa jaringan jinak seperti neurofibroma, tumor
sel granular, atau tumor kehamilan. Istilah karsinoma digunakan untuk kanker
ganas dari jaringan epitel. Istilah sarkoma digunakan untuk neoplasma ganas
yang berasal dari jaringan ikat embrionik, seperti osteosarkoma (neoplasma tulang
yang ganas). Keganasan merusak jaringan melalui serangan langsung dan
perluasan, serta penyebaran ke daerah-daerah yang jauh oleh metastasis melalui
darah, limfe, atau permukaan serosa.
13. Vesikel adalah penonjolan kecil berisi
cairan pada epidermis (kulit atau mukosa) yang berdiameter kurang dari 1 cm. Cairannya
terdiri atas limfe atau serum tetapi juga dapat mengandung darah dan agen
penginfeksi. Selubung epitel yang menyelimuti biasanya tipis, sehingga
menyebabkan terjadinya ulkus dan eschar (borok di permukaan). Umumnya terjadi
akibat infeksi virus, seperti herpes simpleks, herpes zoster, cacar air, dan
cacar. Pada infeksi virus vesikel penuh virus dan sangat menular.
14. Pustula adalah tonjolan bundar yang
berisi nanah (eksudat purulen yang berisi campuran sel radang dan cairan) yang
berasal dari infeksi. Diameter kurang dari 1 cm, dapat didahului vesikel atau
papula. Berwarna putih seperti krim atau kekuningan dan sering dikaitkan dengan
pori epidermal (misal jerawat) atau kelenjar keringat. Pada intraoral tampak
pada puncak abses atau parulis. Herpes zoster juga menimbulkan pustula yang
akhirnya membentuk ulkus dan menimbulkan rasa nyeri hebat.
15. Bulla adalah lepuhan lebih dari 1 cm
berisi cairan. Terjadi akibat akumulasi cairan di dalam pertautan epidermis-dermis
atau terpisah pada epidermis. Permukaannya halus dan berbentuk kubah, mudah
pecah oleh trauma yang sangat ringan. Umumnya terlihat pada pemfigus,
pemfigoid, luka bakar, trauma gesekan, sindrom Steven-Johnson, epidermolisis
bullosa.
16. Kista adalah kantong tertutup yang
dilapisi epitelium (kapsul) yang terletak pada dermis, jaringan subkutaneus,
atau tulang. Terbentuk dari terjebaknya epitelium atau sisa epitelium yang
tumbuh dan membentuk rongga (bagian dalamnya disebut lumen). Diameter bervariasi
dari beberapa mili hingga centi. Aspirasi pada kista dapat menghasilkan cairan
luminal, bisa juga tidak, tergantung sifat kista. Kista yang mengandung cairan
bening tampak berwarna merah muda hingga biru, sementara kista terisi keratin
sering berwarna kuning atau putih seperti krim. Contoh lesinya kista dermoid,
kista erupsi, kista implantasi, kista kanalis incisivus, kista limfoepitelial,
kista retensi mukus, kista radikular, kista dentigerous, dll.
17. Hipotrofi adalah degenerasi progresif
suatu organ atau jaringan yang disebabkan hilangnya ukuran. Terjadi jika ada
pertumbuhan tidak sempurna atau pemeliharaan nutrisi tidak sempurna pada organ
atau jaringan. Menyebabkan pengecilan ukuran jaringan, organ, atau bagian.
18. Atrofi sama artinya dengan hipotrofi,
tetapi sering digunakan untuk hasil akhir dari kondisi persisten. Terjadi perubahan
ukuran sel dari normal menjadi lebih kecil akibat berkurangnya substansi sel
sehingga jaringan yang disusun oleh sel tersebut menjadi lebih kecil. Sel yang
atrofi akan mengalami penurunan fungsi sel tetapi sel tidak mati. Istilah atrofi
tidak bisa digunakan untuk organ tubuh yang membesar karena suatu sebab dan kemudian
menjadi normal kembali (keadaan ini disebut resolusi). Atrofi disebabkan karena
penurunan beban kerja, hilangnya inervasi saraf, berkurangnya vaskularisasi,
nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya stimulus endokrin, dan usia lanjut. Umumnya
terjadi pada sel yang jarang membelah seperti sel otot, tetapi pada atrofi
numerik terjadi pada jaringan yang sel-selnya aktif membelah terutama pada
kelenjar.
a. Atrofi fisiologik : proses normal pada
manusia, misalnya atrofi senilis. Organ tubuh individu lanjut usia akan
mengalami pengecilan, disebut juga atrofi menyeluruh (general) karena terjadi
pada seluruh organ tubuh. Atrofi general juga terjadi pada keadaan kelaparan
(starvation). Penyebab atrofi senilis adalah hilangnya rangsang tumbuh,
berkurangnya vaskularisasi darah akibat arteriosklerosis (menyebabkan
kemunduran pada otak à kemunduran kejiwaan, disebut demensia
senilis), dan berkurangnya rangsang endokrin (misal pada periode menopause,
menyebabkan payudara mengecil, ovarium dan uterus menjadi tipis dan keriput).
b.
Atrofi patologik, dibagi menjadi :
1) Atrofi disuse terjadi pada organ yang
tidak beraktivitas dalam jangka waktu lama, misal otot tungkai yang difiksasi
(digips) sehingga tidak bisa digerakkan dalam jangka waktu lama. Bila fiksasi
dilepas maka tungkai akan menjadi lebih kecil daripada tungkai sisi lain.
2) Atrofi desakan terjadi pada organ tubuh
yang terdesak dalam jangka waktu lama. Dapat dibagi jadi fisiologi dan
patologi. Contoh yang fisiologi adalah jaringan gingiva terdesak oleh gigi yang
akan erupsi pada anak-anak. Atrofi patologi misal desakan sternum oleh
aneurisma aorta sehingga menyebabkan sternum menjadi lebih tipis, atau desakan
organ akibat tumor.
3) Atrofi endokrin terjadi pada organ tubuh
yang aktivitasnya tergantung pada rangsang hormon tertentu. Atrofi terjadi jika
hormon tropik berkurang atau bahkan tidak ada. Misalnya pada penyakit Simmond,
yaitu kelenjar hipofisis tidak aktif sehingga menyebabkan atrofi kelenjar
tiroid, adrenal, dan ovarium.
4) Atrofi vaskular terjadi pada organ yang
mengalami penurunan aliran darah hingga di bawah nilai kritis.
5) Atrofi payah (exhaustion atrophy) :
kelenjar endokrin yang terus-menerus menghasilkan hormon secara berlebihan akan
mengalami atrofi.
6) Atrofi serosa dari lemak terjadi pada
malnutrisi berat atau pada kakheksia. Jaringan lemak yang mengalami atrofi akan
menjadi encer seperti air atau lendir karena berkurangnya lemak adiposa dan
meningkatnya substansi dasar interselular.
7) Atrofi coklat memiliki hubungan dengan
malnutrisi berat atau kakheksia dan organ yang atrofi adalah hati dan jantung. Organ
ini akan menjadi lebih kecil dan berwarna coklat tua akibat pengendapan pigmen
lipofusin pada sel.
19. Hipertrofi adalah pembesaran atau
pertumbuhan berlebihan pada sel, jaringan, organ, atau bagian karena
peningkatan ukuran sel tanpa pembelahan sel. Dapat merupakan proses reaktif
karena peningkatan fungsi atau dipicu secara genetik. Hipertrofi otot terlihat
pada body building, pada otot pengunyahan orang yang punya kebiasaan kerot
(bruxism), pada kondil mandibula yang membesar ukurannya karena artritis
hipertrofik. Hipertrofik reaktif terlihat pada kelenjar saliva kontralateral
setelah pengangkatan kelenjar saliva lawannya. Hipertrofi genetik misalnya
hipertrofi processus koronoideus yang bilateral, contoh lain pada hipertrofi
hemifasial. Hipertrofi sendiri dibagi menjadi fisiologis dan patologis. Hipertrofi
fisiologis misal pada otot rangka atau tungkai pada pengemudi becak, atau pada
binaragawan. Hipertrofi otot lurik ini disebabkan karena kerja otot yang
berlebihan. Hipertrofi patologis disebabkan oleh keadaan patologik seperti
pasien hipertensi dan stenosis mitralis atau snenosis aorta sehingga otot
jantung menjadi lebih besar.
20. Hipoplasia adalah jaringan atau organ
yang kurang berkembang, berkurang jumlah selnya atau jumlah substansi yang
diproduksi, atau yang disekresikan. Istilah ini dipakai jika organ atau
jaringan kurang berkembang sedemikian rupa sehingga gagal mencapai ukuran
dewasa. Contohnya adalah hipoplasia enamel. Kondisi ini karena jumlah email
atau kalsifikasi yang tidak mencukupi dalam email. Amelogenesis imperfekta
adalah kondisi berhubungan dengan beberapa variasi hipoplasi, yang menyebabkan
jumlah email terlalu sedikit, dapat halus, atau berlubang-lubang kecil. Contoh lain
adalah hipoplasia dermal fokal (Sindroma Goltz-Gorlin). Pada sindrom ini kulit
wajah tampak cekung di beberapa tempat karena hipoplasia dermis. Contoh lain
hipoplasia kondil. Pada keadaan ini, kondil mengecil dan seringkali mengalami
deformasi akibat trauma atau kelainan kongenital yang melibatkan pusat
pertumbuhan kartilagenus.
21. Hiperplasia adalah peningkatan jumlah
sel normal pada jaringan atau organ yang mengakibatkan peningkatan volume atau
ukuran jaringan atau organ. Sel yang mudah melakukan hiperplasi adalah sel
epitel kulit, sel epitel usus halus, sel hepatosit, sel fibroblas, dan sel
sumsum tulang. Sel yang masih memiliki daya hiperplasi walau rendah adalah sel
tulang, sel tulang rawan, dan sel otot polos. Sel yang tidak ada daya
hiperplasi adalah sel saraf, sel otot jantung, dan sel otot rangka. Hiperplasi
dapat dibagi menjadi fisiologik dan patologik :
a. Hiperplasia fisiologik Ã
terjadi karena sebab fisiologi atau normal dalam tubuh. Hiperplasi ini dibagi
lagi menjadi :
1) Hiperplasi hormonal contohnya epitel
kelenjar mammae pada wanita pubertas mengalami hiperplasi sehingga buah dada
membesar, uterus wanita hamil akan mengalami hiperplasi dan hipertrofi.
2) Hiperplasia kompensasi contohnya jika
dilakukan partial hepatektomi akan menyebabkan mitosis sel hepatosit meningkat.
Contoh lain pada penyembuhan luka, terjadi proliferasi sel fibroblas dan
pembuluh darah yang dipicu oleh faktor pertumbuhan (growth factor).
b. Hiperplasia patologik disebabkan
stimulus hormonal yang berlebihan atau efek berlebihan hormon pertumbuhan pada
sel sasaran. Contoh pada endometrium menyebabkan hiperplasia glandularis kistik
endometrium (resiko tinggi menjadi adenokarsinoma endometrium). Hiperplasi patologik
bisa berkembang menjadi tumor ganas. Faktor pertumbuhan juga dapat menimbulkan
patologis, contoh pada kutil yang disebabkan infeksi virus (jenis papiloma).
22. Metaplasia adalah penggantian dari satu
tipe sel dewasa dengan tipe sel dewasa lainnya yang tidak normal untuk jaringan
tersebut. Sering terjadi sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang
menimbulkan stres. Bila iritasi yang menyebabkan metaplasi tetap berlangsung,
hal ini dapat memicu keganasan dari sel metaplastik. Bentuk keganasan dari sel
epitel skuamosa disebut karsinoma (misal pada Barret’s esofagitis) terjadi
metaplasi sel epitel skuamosa berlapis dari esofagus berubah menjadi sel epitel
kolumnar dari gaster, dan jika menjadi neoplastik maka disebut adenokarsinoma.
Metaplasia dapat dikelompokkan menjadi :
a. Metaplasia epitelial sering terjadi pada
sel epitel kolumnar yang berubah menjadi sel epitel skuamosa, misalnya iritasi
kronis pada saluran pernapasan individu perokok, sel epitel kolumnar bersilia
di trakea dan bronkus sering berubah menjadi sel epitel skuamosa berlapis; batu
saluran kelenjar liur, pankreas, atau duktus biliaris akan menyebabkan sel
epitel kolumnar bersekresi berubah menjadi sel epitel skuamosa berlapis yang
tidak berfungsi; defisiensi vitamin A menyebabkan metaplasi skuamosa dari sel epitel
traktus respiratorius.
b. Metaplasia jaringan ikat terjadi pada
sel mesenkim. Contoh pada sel fibroblas yang punya kapasitas pluripoten dan
dapat berubah menjadi sel osteoblas atau kondroblas sehingga membentuk tulang
atau kartilago di tempat yang tidak seharusnya ada.
23. Displasia adalah perubahan sel dewasa ke
arah kemunduran dengan ciri khas variasi ukuran, bentuk, dan orientasi yang
dapat terjadi di epitel maupun jaringan ikat. Displasia bukan proses adaptif
atau suatu neoplastik tapi disebabkan iritasi atau peradangan menahun. Ciri khasnya
adalah hilangnya orientasi sel, sel berubah bentuk dan ukuran, ukuran dan
bentuk inti berubah, hiperkromatik, dan gambaran mitosis lebih banyak daripada
normal. Contohnya displasia epitel skuamosa berlapis pada serviks uteri
menebal, disorientasi epitel skuamosa, dan gambaran mitosis yang abnormal. Displasia
tidak selalu berubah menjadi tumor ganas karena jika penyebab dihilangkan maka
sel epitel akan normal kembali (bersifat tidak menetap / reversibel).
24. Anaplasia adalah perubahan ke arah
kemunduran dari sel dewasa menjadi sel yang lebih primitif. Sel-sel baru ini
nampak sangat berbeda dari sel normal, baik dalam struktur, bentuk, ukuran,
kromatin, mitosis, dan orientasi sel. Anaplasia merupakan ciri khas sel tumor
ganas dan bersifat menetap (ireversibel). Sel anaplasia punya karakteristik :
a.
Ukuran sel bervariasi, dapat menjadi
lebih besar atau lebih kecil.
b.
Pleomorfik (variasi dalam ukuran, bentuk
sel, dan nukleus).
c.
Hiperkromatik (nukleus mengandung lebih
banyak DNA).
d.
Kromatin nampak kasar dan menggumpal,
nukleolus tampak jelas.
e. Perbandingan antara nukleus dan
sitoplasma nampak abnormal yaitu 1:1 (normalnya 1:4 atau 1:6).
f.
Mitosis abnormal.
g. Amitotik mitosis (pembelahan inti sel
yang tidak diikuti pembelahan sitoplasma sel) sehingga terbentuk sel dengan
satu atau lebih nukleus (disebut sel datia neoplastik). Sel datia tumor
memiliki 2 nukleus atau lebih tapi tidak terlalu banyak (tidak <7),
menunjukkan pleiomorfik dan hiperkromatik.
Sumber :
Langlais, R., dkk., Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan Ed.4, Jakarta : EGC
Sudiono, J., dkk., Ilmu Patologi, Jakarta : EGC
Komentar
Posting Komentar