Materi Kedokteran Gigi Anak : Perkembangan Anak, Relasi, dan Manajemen Perilaku

Author : drg. Kevin Marsel

Kebutuhan esensial dari lahir hingga dewasa : dianggap penting dan memiliki hubungan emosional dengan orang lain.
Kejadian Penting Pertumbuhan dan Perilaku Anak
1.          Umur 3-4 bulan.
·            Bayi sangat tertarik dengan orang, tempat, dan objek.
2.          Umur 6-8 bulan.
·         Mulai mengenal ekspresi ingin tahu, gembira, frustasi, dan takut. Mereka bisa berbagi ekspresi dengan orang lain.
·       Umur 8 bulan : mulai merangkak dan mencari tahu sekitarnya, belajar memahami perbedaan antara dunianya dengan orang-orang.
·            Geraknya mengenali rasa takut. Perasaan waspada dimulai pada umur ini.
·             Pemahaman bahasa lisan dan komunikasi non verbal berkembang dengan baik.
·       Belajar referensi sosial, bayi tertarik pada objek atau orang, kemudian kembali ke ortu untuk feedback emosional. Bayi bisa membaca ekspresi wajah ortu/pengasuh, tinggi nada bicara, dan kata-kata, serta memahami konsep bahaya atau aman.
·           Implikasi dental : menasehati tentang erupsi gigi, perhitungan/pengukuran kebersihan oral awal, dan gigi-geligi. Tidak ada bukti bahwa gigi-geligi berhubungan dengan gejala sistemik, misalnya diare, pipi memerah, dan demam. Penting untuk cari bantuan medis jika anak demam persisten.
3.          Umur 9-12 bulan.
·            Umur 9 bulan : percakapan timbal balik tentang perasaan mulai terjadi.
·            Bayi mulai menyadari objek dan orang tetap ada walaupun bayi tidak melihat.
·      Kecemasan berpisah dari ortu merupakan konsekuensi dari tahap ini dan dapat berlangsung bervariasi pada tiap anak, umumnya hingga 18 bulan.
·             Implikasi dental :
a.  Anak memiliki keterbatasan mengenali prosedur dental. Memahami perkembangan emosional anak penting untuk mensukseskan pemeriksaan dan beberapa perawatan, bahkan tanpa sedasi.
b.     Hubungan dengan ortu harus baik, karena dokter gigi bisa memberi edukasi ke ortu agar ada feedback positif dari ortu ke anak terkait kesehatan gigi.
4.            Umur 1-3 tahun (tahun balita-egosentrik).
·        Anak mulai berkembang rasa egonya dan eksplorasi otonominya. Mereka bisa menjadi tidak   patuh, berusaha tidak bergantung.
·              Bahasa berkembang dan pilihan kata ‘tidak’ menjadi favorit.
·     Berbagi dan permainan kooperatif kurang bermakna pada tahap ini, digantikan hukum   kepemilikan balita, misal : jika saya lihat sesuatu itu milikku. Jika itu milikmu dan saya     menginginkannya, itu milikku. Jika itu milikku, maka pokoknya itu hanya milikku.
·               Implikasi dental :
a.      Dokter gigi memberi objek seperti boneka atau mainan lain dan meminta anak menjaganya.
b.   Berikan balita opsi (memilih di antara 2) agar bisa meningkatkan rasa dianggap penting, menghasilkan kooperatif yang baik.
c.     Objek preferensi untuk laki-laki dan perempuan harus dilihat. Anak laki-laki tertarik dengan mobil, kereta, warna biru, dan anak laki-laki lainnya. Anak perempuan tertarik dengan boneka, gaun, warna merah muda, dan anak perempuan lainnya. Bermain tetap soliter.
·      Kemampuan komunikasi bervariasi tergantung perkembangan kosakata, yang masih terbatas. Kesulitan komunikasi menempatkan anak pada tahap prekooperatif.
·      Usia ini masih terlalu muda untuk diajak bicara dan rasa malu-malu bisa berarti anak harus diijinkan untuk memegang/menyentuh objek untuk mengerti maksudnya.
·               Anak usia ini sebaiknya ditemani ortu.
5.            Umur 3 tahun.
·               Anak berkurang egosentrisnya dan senang meminta tolong/menyenangkan orang dewasa.
·           Punya banyak imajinasi dan menyukai cerita, komunikasi 2 arah bisa dilakukan, dan biasanya   anak punya kapasitas untuk beberapa pelajaran.
·      Pada waktu stres, anak kembali ke ortu dan tidak akan menerima penjelasan orang asing. Biasanya anak merasa aman bersama ortu hingga terbiasa dengan perawat dental. Dengan begitu pendekatan positif bisa dilakukan.
·               Implikasi dental :
a.   Penggunaan pujian untuk kepatuhan tindakan invasif/bedah disarankan, mengingat keinginan anak untuk menyenangkan orang dewasa.
b.  Bercerita selama perawatan dapat membantu mengalihkan perhatian anak dari perawatan pada bagian yang kurang nyaman.
6.            Umur 4-5 tahun (anak usia dini).
·        Anak mengeksplor lingkungan dan relasi baru. Mereka lebih memilih pertemanan 1-1 karena banyak teman sulit untuk mengatur. Ketika sekolah, anak bisa belajar duduk diam dalam kelompok dan memperhatikan. Perkembangan kemampuan sosial dan pengaturan emosi terjadi seiring anak berkumpul dengan teman sebaya.
·      Anak tertarik mendengar dan merespon dengan komunikasi verbal. Mulai berpikir aktif dan pembicara yang baik, bahkan cenderung berlebihan. Partisipasi anak baik dalam kelompok sosial kecil.
·            Anak usia 4 sangat kreatif, jika fantasi dan imajinasi digunakan anak untuk mengatasi masalah, emosi, dan tekanan hidup. Menunjukkan ketertarikan, mendengarkan, dan mereaksi balik perkataan anak dapat mensukseskan perawatan.
·               Implikasi dental :
a.      Anak bisa kooperatif, tapi beberapa bisa menentang dan mengutarakan pandangan dan opini mereka. Anak terbiasa dan merespon baik pada kata ‘terimakasih’, dan ‘tolong’.
b.  Memperbolehkan anak memilih perawatan dan mempertanggungjawabkannya sangat    penting.
c.     Anak biasanya tidak takut dengan pengalaman baru, tidak takut ditinggal ortu untuk periksa gigi.
7.            Umur 6-8 tahun.
·               Umur 6, anak terbiasa di sekolah dan mulai menjauh dari pengamanan keluarga.
·               Mulai independen dan bermain tanpa ortu di dekat mereka.
·          Pada beberapa anak, transisi dapat menyebabkan kecemasan dengan jeritan, amarah, dan kadang  memukul ortu. Beberapa menyebabkan respon takut naik.
·               Implikasi dental :
a.      Waktu yang ideal untuk anak berani sendiri menjalani perawatan dental.
b.   Tendensi bertambahnya rasa takut, ketakutan baru bisa terjadi, walaupun anak awalnya sudah merasa nyaman.
8.            Umur 8-12 tahun (usia menengah).
·         Menjadi bagian dari kelompok sosial yang lebih besar dan anak dipengaruhi sangat kuat oleh mereka. Anak menyadari siapa yang diterima/ditolak dari kelompok. Anak mengerti hal yang memalukan sehingga mereka sangat menghindarinya. Walaupun orang tua menginginkan anak mereka menjadi pemimpin, anak lebih nyaman menjadi anggota karena lebih aman.
·             Konsekuensinya anak belajar menyembunyikan perasaan dan bersikap ‘cool’.
·      Kecerdasan menjadi lebih penting seiring perkembangan kognitif. Pra remaja lebih peduli   tentang moral dan lebih harfiah/literal (misalnya orang tua meminta ‘ambil bajumu’. Anak   akan mengambil dan meletakkannya lagi ‘kamu tidak memberitahuku meletakkan pakaian itu   di mana!’).
·               Implikasi dental :
a.      Hati-hati jangan mempermalukan anak dengan pemikiran kritis mereka.
b.      Jangan berharap anak dengan mudahnya berbagi informasi tanpa kedekatan yang baik.
c.  Berikan kesempatan anak untuk berargumen, anak usia ini merespon baik penjelasan mengapa harus sikat gigi dan flossing, tanpa dorongan orang tua.
9.            Masa remaja.
·        Dihadapkan dengan pertanyaan : Siapa aku? Akan jadi seperti apa? Harus bersama siapa?   Dengan pertanyaan itu remaja sering dianggap egois, mengucilkan diri dari keluarga, dan pada   tingkat tertentu, dari teman-teman sebaya.
·           Tidak seperti balita yang mencari otonomi, seperti modeling, realistis, dan egois, yang semuanya sehat; remaja kadang merokok dan memakai substansi lain yang tidak semuanya menyehatkan.
·     Remaja meyakini mereka kebal dan tidak mengalami akibat dari tindakan mereka. Remaja menyangkal efek negatif rokok terhadap kesehatan, termasuk ketagihan dan menduga hanya orang tua yang mengalaminya.
·             Penampilan menjadi sangat penting.
·            Remaja sering merasa pengalaman mereka unik, jadi mendengarkan dengan pikiran terbuka dan mendukung mereka meraih tujuan (dalam hal positif) akan menghasilkan kepercayaan dan kooperatif.
·          Hubungan baik terjadi jika dokter gigi tidak menghakimi, tidak mengkhotbahi, dan menghormati remaja.
·            Implikasi dental :
a.     Rawat remaja sebagaimana pribadi pasien apa adanya, tidak bergantung pada ortu/pengasuh.
b.      Ambil waktu untuk berbicara selain dental.
c.  Menekankan pentingnya perawatan gigi individu untuk merawat senyum dalam hal mengajarkan perilaku preventif.

Memahami Temperamen Anak
Menurut Thomas dan Chess (1977) ada 3 temperamen dasar :
1.            Easy temperament.
·          Anak punya mood positif, fungsi tubuh teratur, adaptasi baik, fleksibel, dan punya pendekatan positif untuk perubahan atau situasi baru.
2.            Difficult temperament.
·         Anak mudah tersinggung, fungsi tubuh tidak teratur (perlu waktu untuk makan, bermain, pola tidur, dan rutinitas), sulit adaptasi dengan perubahan atau situasi baru dan cenderung menarik diri dari sosial.
3.            Slow to warm up temperament.
·         Anak pemalu dan tingkat aktivitas rendah. Awalnya mereka lambat beradaptasi dengan situasi baru, tetapi jika sudah nyaman mereka mulai terlibat.
·               Kira-kira 65% anak masuk di salah satu dari 3 kategori ini, sisanya memiliki campuran sifat.
·               Implikasi dental terhadap temperamen anak :
a.   Easy temperament : fleksibel menghadapi perubahan, biasanya tidak ada masalah dalam perawatan.
b.   Slow to warm up temperament : butuh waktu agak lama untuk beradaptasi, paling cocok ditangani dokter gigi yang tenang, sabar, dan penyemangat (tanpa menuntut).
c.       Difficult temperament : cocok dengan dokter gigi yang peka dengan anak tapi juga percaya diri.

Penggunaan Komunikasi Verbal dan Non-Verbal untuk Meningkatkan Perilaku Positif Anak
1.       Tunjukkan rasa hormat kepada anak dan perasaan anak. Tunjukkan ketertarikan dengan kesukaan anak.
2.       Tunjukkan ketertarikan kepada anak sebagai individu. Tentukan panggilan yang disukai anak dan pakai saat berbicara dengan anak.
3.            Berbagi informasi sebanyak anak/ortu ingin.
4.        Berikan instruksi yang jelas (misalnya ‘tolong sekarang buka mulut’, daripada bertanya ‘maukah kamu buka mulut sekarang?’). Beritahu dengan lembut ke anak  ‘apa yang harus dilakukan’, bukan ‘apa yang tidak boleh dilakukan’.
5.            Komunikasi sesuai tingkat anak, baik secara fisik dan kognitif/emosional.
6.            Fokus pada sisi positif perilaku anak (dan ortu). Pada banyak situasi, abaikan perilaku negatif.
7.            Hindari stereotipe dan berasumsi terhadap anak.
8.            Menunjukkan etnis, budaya, dan gender yang sensitif.

Persiapan Fisik dan Waktu Selama Kunjungan Dental
Mengatur Suasana untuk Perilaku Positif
·           McNeil dan Hembree-Kigin (2010) menjelaskan konsep PRIDE yang membantu hubungan anak dengan dokter gigi :
1.            Praise : pujian, terbagi jadi berlabel atau tidak berlabel. Pujian berlabel (misalnya ‘kerja bagus untuk tetap membuka mulut, Jane!’) lebih efektif menangani anak daripada tidak berlabel (misal ‘kerja bagus, Jane!’).
2.      Reflection : dokter gigi mendengarkan anak dan dapat mengulangi secara sederhana dari beberapa kata-kata anak.
3.          Inquire : pertanyaan menanyakan kabar anak atau meminta anak menjawab (misalnya ‘apa yang kamu rasakan bertemu denganku hari ini?’). Pertanyaan terbuka menghasilkan informasi lebih banyak dan suasana yang lebih positif daripada pertanyaan tertutup dengan jawaban ya atau tidak.
4.      Describe : fokus pada perilaku anak dan mengarahkannya, dengan kata-kata yang jelas dan positif (misalnya ‘sekarang kamu tetap membuka mulut dengan baik dan tempatkan kaki dan tangan tetap tenang’).
5.       Enthusiasm : ada waktu untuk animasi, permainan, dan perawatan. Tim dental harus antusias untuk menghilangkan gambaran negatif perawatan dental yang ditimbulkan media, teman sebaya, bahkan ortu/pengasuh.

Pedoman Praktik untuk Aspek Fisik dan Sosial terhadap Pencabutan Gigi
1.       Semua yang ada dalam ruangan (dokter gigi, asisten, dan ortu) harus menciptakan suasana positif yang menenangkan pasien.
2.            Gunakan distraksi visual.
3.            Sediakan bahan sesuai umur (mainan, majalah) di ruang tunggu.
4.            Punya mainan untuk anak kecil sebagai distraksi atau hadiah.
5.        Sapa anak di ruang tunggu tanpa masker dan glove. Gunakan nama panggilan yang disukai anak. Senyum ke anak! Jongkoklah saat menyapa anak, hingga mata bertemu mata pada ketinggian yang sama.
6.            Perawatan sesuaikan dengan pasien, sehingga mereka tidak tergesa-gesa atau bosan.
7.            Informasikan dan diskusikan dengan ortu/pengasuh sebelum dan saat akhir perawatan.
8.            Libatkan anak, khususnya remaja sebagai pembuat keputusan.
9.          Beri informasi tentang prosedur perawatan selanjutnya sehingga anak dan ortu bisa bersiap-siap.
10.     Berikan anak hadiah di akhir perawatan, yang bisa meninggalkan kesan bagus tentang perawatan gigi kepada anak.
11.        Meringkas kesimpulan perawatan dengan anak bagian positifnya (misalnya ‘Riki, hari ini kamu berani, duduk di dental chair, dan tetap membuka mulut walaupun kamu sedikit lelah. Kerja bagus untuk melakukannya! Sekarang, mana bagian yang paling kamu sukai hari ini?’).

Kehadiran atau Absennya Anggota Keluarga dalam Pencabutan Gigi
1.     Disarankan ortu hadir untuk mendukung anaknya selama perawatan, apalagi jika anak masih kecil. Ortu bisa diberi edukasi bagaimana bisa membantu selama kunjungan.
2.          Jika ortu tidak bisa atau tidak mendukung, diharapkan menunggu di luar ruangan. Akses ortu ke anak jangan ditolak.
3.            Jika ada saudara lain yang sudah periksa gigi dan tidak takut, bisa digunakan sebagai model.

Penghantaran Emosi kepada Anak atau Remaja
1.       Anak bisa merasakan takut dan cemas dari ortu mereka tentang perawatan gigi baik di klinik maupun perawatan yang lama.
2.        Emosi dihantarkan dari ortu, saudara, dokter gigi, dan asisten kepada anak. Asisten dokter gigi yang tenang, percaya diri, dan lucu menambah pengalaman positif pasien.

Kedekatan Fisik dan Sentuhan
1.            Awalnya dokter gigi bekerja dari depan, ketinggian mata sama.
2.            Hati-hati dengan jarak fisik anak, yang disebut ‘intimate zone’. Zona ini ±45 cm, tapi berbeda-beda tergantung budaya. Karena kebutuhan, dokter gigi perlu masuk zona ini, tapi kadang perlu berhenti beberapa saat agar anak terbiasa.
3.   Menyentuh anak pada bagian tubuh non-privasi, contoh bahu, untuk menyemangati, menenangkan, atau memberi hadiah. Dokter gigi harus melihat reaksi anak ketika disentuh. Lihat juga latar belakang budaya anak.

Timing/Ketepatan Waktu
1.     Sebaiknya memperkenalkan prosedur baru pada waktu yang tepat untuk menghindari pasien bosan atau merasa terburu-buru.
2.            Lakukan prosedur tidak invasif untuk pertemuan pertama agar pasien lebih toleran/terbiasa.

Stimulasi dan Distraksi Objek dan Situasi
1.        Satu area mungkin menampilkan boneka dan gambar karakter kartun berwarna-warni untuk anak hingga umur 8 tahun.
2.            Untuk anak lebih tua, tempelkan poster grup pop.
3.            Anak remaja senang dirawat dengan modern, lingkungan yang ramah.
4.            Pada beberapa situasi, game/video elektronik bisa digunakan.
5.            Akuarium ikan memberi stimulasi yang bagus, baik bagi anak maupun orang dewasa.

Pakaian Bedah dan Instrumen
1.            Jangan pernah menyapa anak saat memakai masker dan glove.
2.          Jelaskan dokter gigi harus memakai pakaian bedah. Dengan anak kecil, dokter gigi menjelaskan kepada anak untuk memakai masker dan peralatan lain dengan cara menyenangkan.
3.            Biasakan anak dengan peralatan dental.

Sapaan di Ruang Tunggu
1.            Idealnya pada pertemuan pertama dokter gigi menyapa anak di ruang tunggu.
2.        Ruang non-klinik berguna untuk pasien baru agar dokter gigi bisa mendekatkan diri dengan anak.

Komunikasi Dokter Gigi dengan Orang Tua Anak
·           Hubungan baik dengan orang tua dan anak akan membantu dokter gigi. Pastikan ortu mendapat informasi dengan baik. Jika menanyakan informasi personal, libatkan juga anak dalam diskusi. Jika memisahkan ortu dengan anak untuk diskusi isu sensitif, minta asisten untuk menemani anak selama diskusi.

Komunikasi Dokter Gigi dengan Anak dan Remaja
·          Anak-anak merespon baik jika diperlakukan sebagai individu, dan dipanggil sesuai dengan nama yang mereka inginkan.
·            Dokter gigi dan asisten berbicara sesuai umur anak/kemampuannya, baik fisik dan psikologi.
·            Gunakan terminologi lain untuk anak agar tidak takut.
Terminologi Dental
Kata Pengganti
Siringe udara
Peniup angin
Siringe air
Pistol air
High evacuation suction
Vakum cleaner
Saliva ejector
Sedotan
Radiograf
Gambaran gigimu
Profilaksis
Sikat gigi elektrik
Eksplorer
Alat penghitung gigi
Rubber dam
Jas hujan untuk gigi
Local anaesthesia
Menidurkan gigi
High speed handpiece
Peluit gigi
Low speed handpiece
Penggelitik gigi
Ekstraksi
Menggoyangkan gigimu
Stainless steel crown
Helm untuk gigimu
Umur 6-10

Anaesthetize
Kebas
Ekstrak
Ambil keluar atau goyangkan
Karies
Lubang
Nyeri
Gatal atau ditekan
Bur
Motor elektrik
Bedah dental
Ruang perawatan/klinik

Persiapan Khusus untuk Kunjungan Dental Pertama Kali
1.            Gunakan ruangan selain klinik untuk berkenalan.
2.            Poin utamanya untuk edukasi anak, menimbulkan suasana nyaman dan menyenangkan.
3.            Tindakan awal sederhana dan tidak invasif.
4.            Perkenalkan anak dengan klinik, asisten, dan peralatan.

Metode Perilaku untuk Mengurangi Takut dan Sensitivitas Nyeri
Tell-show-do
Informasikan, demonstrasikan, dan lakukan prosedur
Playful humour
Gunakan candaan dan imajinasi
Distraksi
Arahkan perhatian dari perilaku, pikiran, atau perasaan ke hal lainnya
Positive reinforcement
Hadiah untuk merespon perilaku yang diinginkan
Modelling
Menyediakan contoh atau demonstrasi suatu perilaku
Shaping
Memperkirakan perilaku yang diinginkan
Fading
Menyediakan sarana eksternal untuk meningkatkan perilaku positif dan secara bertahap menguranginya
Systematic desensitization
Mengurangi kecemasan dengan menampilkan objek/situasi yang sedikit menambah rasa takut, dan secara progresif mengenalkan stimulus yang lebih menambah takut.

Rujukan untuk Kemungkinan Evaluasi dan Perawatan Kesehatan Jiwa
Kapan Saat yang Tepat untuk Merujuk
·               Perujukan dilakukan jika ada luapan emosional atau psikologi yang signifikan.
·             Dokter gigi juga harus mengidentifikasi psikopatologi dan diskusi dengan ortu untuk perujukan.

Alasan Umum untuk Merujuk Anak/Remaja karena Kesehatan Jiwa
1.    Ada bukti penganiayaan/penelantaran (misalnya ada memar, gigi patah, luka bakar rokok, kebersihan mulut parah, dan luka lain yang tidak diobati).
2.    Perilaku, kecemasan, atau emosi yang ekstrim (fobia dental, attention deficit hyperactivity disorder).
3.            Tanda dan gejala neurologikal (kejang, otot abnormal/berkedut biasanya di wajah).
4.         Keterlambatan perkembangan atau kognitif parah (ketidakmampuan belajar, masalah motorik, masalah makan/gizi).
5.            Pengasuhan yang parah (misalnya hukuman fisik yang berlebihan).

Spesialisasi Rujukan
1.            Psikologis
·        Untuk kasus penganiayaan atau penelantaran, perilaku ekstrim, keterlambatan perkembangan atau kognitif, dan pengasuhan ortu yang buruk.
·        Memeriksa individu anak/remaja, ortu/anak, atau terapi keluarga untuk menemukan masalah pada anak/remaja dan sistem keluarga.
2.            Psikiatri
·               Untuk kasus tanda dan gejala neurologik.
·               Misalnya anak ada tanda psikosis dan perlu medikasi psikoaktif.
3.            Pekerja sosial
·               Untuk kasus sosial, penganiayaan, atau penelantaran.
·               Membantu anak/keluarga masuk komunitas sesuai yang dibutuhkan.

Bagaimana Merujuknya
1.   Bicara dengan ortu secara privat. Beritahu tanda dan gejala yang jadi perhatian, tanpa menyalahkan atau menanyakan tanggung jawab ortu. Setelah ortu mengerti masalahnya, rujuk ke spesialisasi yang dibutuhkan. Akan membantu jika dokter gigi menjelaskan perujukan dengan dasar untuk kebaikan anak.
2.            Pastikan ortu dan anak/remaja mengerti spesialisasi yang dirujuk.
3.         Rujuk hanya ke salah satu spesialisasi. Jika rujukan lanjutan diperlukan, dibuat oleh asal rujukan pertama. Dokter gigi bisa menanyakan hasil pemeriksaan.
Sumber : Cameron, A.C., dan Widmer, R.P., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry, 4th Ed., British : Elsevier

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Gigi : Taurodonsia / Taurodontism

Anomali Gigi : Fusi

Anomali Gigi : Concrescence