Materi Kedokteran Gigi Anak : Manajemen Perilaku Anak dengan Farmakologi
Author : drg. Kevin Marsel
Manajemen Nyeri pada Anak Penanganan
nyeri pada anak seringkali kurang baik dan beberapa konsep yang kurang tepat,
misalnya :
1.
Nyeri anak lebih rendah daripada dewasa.
2.
Neonatus tidak merasakan/mengingat nyeri.
3.
Opioid bersifat adiktif dan terlalu berbahaya
karena menyebabkan distres sistem pernapasan.
4.
Anak tidak dapat menunjukkan lokasi atau
mendeskripsikan nyeri.
Bahkan
neonatus prematur mempunyai fisiologi dan mediator nyeri. Pernyataan bayi dan
anak tidak merasakan nyeri secara fisiologi tidak valid.
Pengukuran Nyeri pada Anak
Ada faktor
individual yang berbeda pada tiap anak, yang mempengaruhi cara mereka merespon
nyeri, meliputi :
1.
Tahap perkembangan dan usia.
2.
Faktor sosial dan medis.
3.
Pengalaman nyeri sebelumnya.
Observasi
gerakan non verbal dan perilaku penting. Gerakan diam dan menjauh bisa
menandakan nyeri anak yang hebat. Metode ini bisa dipakai untuk anak segala
usia.
Metode untuk Pemeriksaan Nyeri Anak
1. Teknik observasi berguna untuk anak masa
pre-verbal, misalnya tangisan, gerakan, agitasi, dan ekspresi verbal/bahasa
tubuh.
2. Anak memberitahu adanya nyeri untuk anak usia 4-5
tahun.
3. Anak dengan keterlambatan perkembangan yang parah
menjadi sangat sulit untuk pemeriksaan nyeri. Perubahan perilaku yang tidak
biasa bisa menjadi penanda adanya nyeri.
Analgesik Sebelum Prosedur (Pre-emptive
analgesik)
1. Analgesik yang kurang pada prosedur awal bisa
mengurangi keberhasilan analgesik selanjutnya dengan prosedur yang sama.
2. Pertimbangan dilakukan untuk memastikan apakah
analgesik sistemik dan/atau lokal memadai sebelum dimulainya prosedur. Waktu untuk
absorpsi obat dan berefek juga harus dilakukan.
3. Analgesik kuat mungkin dibutuhkan bersama
analgesik sederhana untuk post-operatif.
Rute Administrasi Obat
1. Analgesik oral adalah rute paling sering
digunakan pada anak. absorpsi berlangsung cepat, sekitar 30 menit.
2.
Perhatikan formula yang cocok untuk anak agar mau
minum obat, misal larutan dibandingan tablet bisa mempertimbangkan rasa yang
disukai anak.
3.
Rute rektal bisa dipakai apabila anak tidak
toleran dengan cairan. Dosis dan waktu ke puncak obat biasanya lebih lama
tercapai, kira-kira 90-120 menit. Harus disertai informed consent jika ingin
memakai rute ini dan tidak bisa digunakan untuk pasien imunokompromis karena
adanya resiko terjadi infeksi/terbentuk fisur.
4.
Parasetamol parenteral bisa digunakan.
5.
Intranasal atau sublingual opioid bisa menjadi
alternatif injeksi, di mana efek obat melewati metabolisme awal dari hepar.
6.
Injeksi intramuskular berulang pada anak harus
dihindari, karena seringkali anak lebih takut disuntik daripadara nyeri
tindakan.
7.
Pada anak obesitas, dosis yang digunakan tetap
memakai berat badan ideal.
Analgesik
Parasetamol
· Dosis 20 mg/kg oral, lalu 15 mg/kg setiap 4 jam.
· 30 mg/kg rektal dosis tunggal.
· Dosis maksimum 24 jam 90 mg/kg (atau 4 g) untuk 2
hari, lalu 60 mg/kg per hari dengan rute apapun.
· Pastikan hidrasi memadai.
· Berguna sebagai analgesik pre-emptif.
· Tidak mempengaruhi status perdarahan.
· Parasetamol intravena dapat digunakan (10 mg/mL).
Dosis sama bisa diberikan setelah 15 menit.
Obat
|
Dosis Oral
|
Dosis IMI, SCI, IVI
|
Keterangan
|
Parasetamol
|
20 mg/kg
dosis awal, lalu 15 mg/kg tiap 4 jam
|
Maksimum 90
mg/kg/hari (4 g) untuk 2 hari lalu 60 mg/kg/hari
|
|
Ibuprofen
|
5-10
mg/kg tiap 8 jam
|
Maksimum 40
mg/kg/hari atau 2 g/hari
|
|
Naproxen
|
5
mg/kg/12 jam
|
Maksimum 10-20
mg/kg/hari atau 1 g/hari
|
|
Diklofenak
|
1 mg/kg/8
jam, 1 mg/kg/12 jam rektal
|
Maksimum 3
mg/kg/hari atau 150 mg/hari
|
|
Kodein
|
0,5-1 mg/kg/4 jam
|
0,5-1 mg/kg/3 jam,
tidak untuk injeksi IV
|
Maksimum 3 mg/kg/hari
|
Morfin
|
0,2-0,3 mg/kg/4 jam
|
0,1-0,15 mg/kg/3 jam
|
|
Tramadol
|
1-1,5 mg/kg/6 jam
|
1 mg/kg/6 jam
|
Maksimum 6 mg/kg/hari
atau 400 mg/hari
|
Obat
Anti-inflamasi Non-steroid (NSAIDs)
·
Efektif setelah prosedur oral dan dental walaupun
tidak bersama analgesik lain.
·
Bisa ditambah dengan parasetamol.
·
Menambah bleeding time akibat inhibisi agregasi
platelet.
·
Bisa digunakan untuk bayi lebih dari umur 6 bulan.
·
Kontraindikasi :
1.
Perdarahan atau koagulopati.
2.
Penyakit ginjal.
3.
Keganasan hematologi, trombositopenia pada anak.
4. Asma parah, terutama pada anak yang sensitif
dengan aspirin, ketergantungan steroid, atau memiliki polip nasal.
Aspirin
·
Jarang dipakai pada anak karena resiko
menimbulkan sindrom Reye (pembengkakan pada hati dan otak, napas tersengal,
diare, lesu, muntah).
·
Biasa digunakan untuk pengobatan artritis
rematoid juvenil.
Ibuprofen
· Biasa digunakan untuk nyeri ringan dengan efek
samping gastrointestinal lebih sedikit dibandingkan aspirin.
·
Hindari pada pasien penderita gangguan ginjal.
Kodein
·
Pemakaian berulang menyebabkan konstipasi.
·
Efek utama berasal dari metabolisme menjadi
morfin (kurang lebih 15%).
· 10% kaukasoid dan 30% orang Hongkong tidak bisa
metabolisme kodein dan menjadi tidak efektif.
·
Pemakaian intravena dapat menyebabkan hipotensi
berat.
Oksikodon
·
Bioavailbilitas oral bagus.
·
Tidak ada perbedaan metabolisme farmakologi.
·
Terdapat sediaan larutan.
·
Alternatif yang baik pengganti kodein.
Morfin
·
Bioavailibilitas oral 30% sebagai morfin sulfat.
·
Dapat menyebabkan mual dan konstipasi, mirip
dengan opioid lainnya.
·
Tidak ada resiko adiktif sebagai analgesik dengan
pengawasan pada anak.
Tramadol
· Untuk nyeri sedang pada anak umur lebih dari 12
tahun.
· Agonis µ-opioid lemah dan mempunyai mekanisme
analgesik lain (menambah sinaptik neuronal 5-hidroksitriptamin dan menghambat
penyerapan noradrenalin).
· Bioavailibilitas oral 70%.
· Tidak mempengaruhi pembekuan darah.
· Hindari pada anak dengan kelainan kejang dan
konsumsi trisiklik atau antidepresan selektif serotonin reuptake inhibitor
(SSRI).
Anestesi Lokal Teknik dan tips :
1.
Jangan perlihatkan siringe di depan anak kecil. Sementara
itu penting untuk tidak membohongi anak, distraksi seperti asisten dental
mengajak bicara anak sangat berguna.
2. Penggunaan anestesi topikal penting untuk
kenyamanan anak. sementara itu banyak jenis topikal dengan berbagai rasa dan
karakteristik, misalnya produk baru EMLA (Eutectic Mixture of Local
Anaesthetic) yang berpenetrasi lebih dalam ke mukosa.
3. Produk baru seperti alat elektronik untuk injeksi
perlahan bisa menggantikan teknik konvensional (misal The Wand).
4. Infiltrasi dibandingkan injeksi blok pada
mandibula masih menjadi subjek perdebatan, klinisi bisa berbeda dalam memilih
tekniknya. Pendekatan jarum ke foramen mandibula berbeda pada anak kecil, sudut
mandibula juga lebih tumpul dan jarum pendek (25 mm) mencukupi. Walaupun dengan
teknik terbaik sekalipun, blok mandibula tetap terasa tidak nyaman untuk anak.
5. Injeksi infiltrasi ditambah dengan injeksi
intra-periodontal dapat berguna.
6. Anestesi palatal dilakukan dengan injeksi
perlahan melewati interdental papila setelah injeksi labial atau bukal yang
memadai untuk mengurangi rasa tidak nyaman anak.
Kebutuhan Anestesi Lokal untuk Pasien
Dibawah Pengaruh Sedasi dan Anestesi General
Anestesi
lokal untuk pasien yang dianestesi general masih menjadi kontroversi. Tanda vital
pasien bisa berubah karena respon stimulus nyeri (contoh pencabutan). Studi
memaparkan bahwa pemulihan anak paska operasi yang bangun setelah efek anestesi
general merasa lebih stres jika mendapati efek anestesi lokal (kebas pada
mulut). walaupun begitu, anestesi lokal direkomendasikan pada pencabutan gigi
permanen, khususnya molar satu permanen.
Tips klinis melakukan anestesi lokal agar
berhasil :
1.
Komunikasi dengan orang tua dan anak.
2.
Pemakaian anestesi topikal dan menunggu bereaksi.
3.
Injeksi perlahan.
4.
Hindari injeksi palatal langsung.
5.
Pastikan anestesi cukup sebelum prosedur.
Komplikasi Anestesi Lokal
Paling banyak
terjadi adalah overdosis, sehingga dosis harus dihitung dengan teliti sesuai
berat badan. Komplikasi klinis ini telah diteliti menyebabkan hasil negatif
yang signifikan (kematian atau cedera saraf) pada anak. komplikasi lainnya :
1.
Gagal menganestesi daerah operasi.
2. Injeksi intravaskular (blok nervus alveolar
inferior atau infiltrasi posterior maksila) langsung mengarah pleksus vena
pterigoid.
3.
Tergigitnya bibir bawah atau lidah paska operasi.
4.
Paralisis nervus fasial karena injeksi terlalu
jauh ke posterior mengenai glandula parotis.
5.
Reaksi alergi dan parahnya jarum jarang terjadi
pada anak.
Jenis Anestetik
|
Dosis Maksimum
|
Lidokain 2% tanpa
vasokonstriktor
|
3 mg/kg
|
Lidokain 2% dengan adrenalin
1:100.000
|
7 mg/kg
|
Prilokain plain 4%
|
6 mg/kg
|
Prilokain 4% dengan
felipresin
|
9 mg/kg
|
Bupivakain 0,5% dengan
adrenalin 1:200.000
|
2 mg/kg
|
Artikain 4% dengan
adrenalin 1:100.000
|
7 mg/kg
|
Sumber : Cameron, A., dan Widmer, R., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry, 4th Ed., England : Mosby Elsevier
Komentar
Posting Komentar