Ankiloglosia/Tongue Tie/Ankyloglossia


Author : drg. Kevin Marsel


1.      DEFINISI :
Kondisi kongenital dengan karakteristik malposisi frenulum lingual yang pendek dan menebal.serta tidak bisa diperpanjang atau diretraksi.

2.      ETIOLOGI :
Selama perkembangan awal, lidah menyatu dengan dasar mulut. Sel mati dan resorpsi membebaskan lidah, dengan frenulum menjadi satu-satunya perlekatan awal. Tongue tie disebabkan oleh frenulum lingual fibrosa pendek atau otot genioglosus yang melekat kuat. Frenulum lingual biasanya menjadi kurang menonjol sebagai proses alami pertumbuhan dan perkembangan anak, ketika alveolar ridge tumbuh tinggi dan gigi mulai erupsi.

3.         EPIDEMIOLOGI :
·           Terdapat pada 2-11% kelahiran. Pada studi yang dilakukan Kupietzky dan Botzer menyebutkan insidensi 0,02-5% tergantung pada model studi, definisi dari AG, dan populasi yang diperiksa.
·           Insidensi pada anak di rumah sakit yang mempunyai AG dengan masalah menyusui adalah 13%.

4.          CIRI-CIRI KLINIS :
a.         Frenulum lingual pendek dan menebal.
b.         Klasifikasi ankiloglosia :
1)          Rentang normal lidah bebas => 16 mm.
2)          Kelas I : ringan (12-16 mm).
3)         Kelas II : sedang (8-11 mm).
4)          Kelas III : parah (3-7 mm).
5)          Kelas IV : ankiloglosia penuh (=< 3 mm).

Gambar 1. Bayi dengan ankiloglosia. Frenulum lingual memanjang dari alveolar ridge ke lidah, mencegah ujung lidah mengangkat ke tengah mulut waktu menangis. Lidah membentuk seperti panah atau hati.

Gambar 2. Ankiloglosia

5.         DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
Bifid tongue, mikroglosia, adhesi palatoglossal (ankiloglosia superior), tongue scar.

6.         RENCANA PERAWATAN :
a.         Alat pemeriksaan Hazelbaker :
Fungsi
Penampakan
Lateralisasi
2=penuh.
1=pada tubuh lidah, tapi tidak di ujung lidah
0=tidak ada
Penampakan lidah saat diangkat
2=bulat atau kotak.
1=sedikit sumbing di ujung.
0=bentuk hati
Pengangkatan lidah
2=ujung hingga tengah mulut.
1=hanya ujung saja ke tengah mulut.
0=ujung tetap di ujung alveolar atau ujungnya hanya naik ke mulut dengan penutupan rahang.
Elastisitas frenulum
2=sangat elastis.
1=elastis sedang.
0=sedikit atau tidak elastis.
Ekstensi lidah
2=ujung mencapai bibir bawah.
1=ujung hanya mencapai gusi bawah.
0=tidak bisa mencapai keduanya.
Panjang frenulum lingual ketika lidah diangkat
2=tertanam di lidah >1 cm.
1=1 cm.
0=<1 cm.
Gerakan lidah anterior
2=penuh.
1=sedang atau sebagian.
0=sedikit atau tidak ada sama sekali.
Perlekatan frenulum lingual ke lidah
2=posterior ke ujung.
1=pada ujung.
0=bertakik
Melengkungkan lidah
2=seluruh tepi.
1=hanya sisi tepi.
0=sedikit atau tidak bisa sama sekali.
Perlekatan frenulum lingual ke ridge alveolar inferior
2=melekat pada dasar mulut atau tepat bawah ridge.
1=hanya melekat pada bawah ridge.
0=melekat pada ridge.
Peristalsis
2=penuh dari anterior ke posterior (dari ujung).
1=sebagian; berasal dari posterior ke ujung.
0=tidak ada atau peristalsis terbalik.

Menghentak kembali
2=tidak ada.
1=periodik/kadang-kadang.
0=lebih sering atau setiap menghisap.

Skor
14=skor sempurna (tanpa skor penampakan).
11=dapat diterima apabila skor penampakan adalah 10.
<11=fungsi terganggu; frenotomi dapat dipertimbangkan.
Frenotomi harus dilakukan apabila skor fungsi <11 dan skor penampakan <8.


b.         Perawatan biasanya konservatif, pemberian edukasi pada pasien. Pada ankiloglosia parsial, bisa dirujuk ke spesialis THT, atau bedah mulut untuk dilakukan tindakan bedah minor. Walaupun hanya bedah minor, ada resiko terjadi komplikasi yaitu perdarahan, infeksi, atau cedera pada duktus Wharton.
c.          Prosedur paling umum yaitu frenektomi.

Daftar Pustaka :
Kupietzky, A., dan Botzer, E., 2004, Ankyloglossia in the Infant and Young Child: Clinical Suggestions for Diagnosis and Management, Ped.Dent; 27:1
Langlais, R.P., dkk., 2017, Color Atlas of Common Oral Disease, 5th Ed., Wolters Kluwer, China
Nowak, A.J., dkk., 2019, Pediatric Dentistry : Infancy Through Adolescence, 6th Ed., Elsevier, China
Paediatrics & Child Health, 2002, Ankyloglossia and Breastfeeding, Ped.Child.Health; 7(4):269-270

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Gigi : Taurodonsia / Taurodontism

Anomali Gigi : Fusi

Anomali Gigi : Concrescence